Penanganan Longsor Tebing SDN 3 Pandeglang Mulai Dilakukan, Dua Ruang Kelas Ditutup Sementara

4 July 2025 12:56 WIB
tebing-sdn-3-pandeglang-mengalami-longsor-aris-rivaldodetikcom-1751465814986_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Kabupaten Pandeglang mulai melakukan penanganan darurat terhadap tebing yang longsor di area Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Pandeglang. Peristiwa longsor ini mendapat perhatian serius karena lokasi longsoran berada sangat dekat dengan ruang kelas, sehingga berisiko membahayakan keselamatan siswa dan guru.

Penanganan sementara dilakukan dengan menggunakan bronjong atau keranjang kawat berisi batu yang berfungsi sebagai penahan tanah. Langkah ini diambil untuk mencegah longsor susulan yang bisa lebih parah. Menurut Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Pandeglang, Asep Rahmat, penanganan permanen direncanakan akan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan di akhir tahun.

“Penanganan permanen kami alokasikan nanti di APBD perubahan. Walaupun APBD perubahan sedang defisit, tapi kami ambil dari Dana Alokasi Umum Specific Grant (DAU SG) bidang pendidikan,” jelas Asep saat diwawancarai pada Jumat, 4 Juli 2025.

1. Dampak Longsor Ganggu Proses Belajar Mengajar

Insiden longsor yang terjadi akibat hujan deras dengan intensitas tinggi ini berdampak langsung terhadap kegiatan belajar mengajar di SDN 3 Pandeglang. Untuk menjaga keselamatan para siswa, dua ruang kelas terpaksa ditutup dan dikosongkan. Ruang kelas tersebut berada dalam zona rawan longsor dan hanya ditangani secara sementara menggunakan bronjong, yang tentu belum cukup aman untuk digunakan kembali.

“Mempengaruhi iya, karena dua ruang kelas ditutup untuk keamanan siswa karena ada potensi longsor kembali,” ujar Asep.

Penutupan ruang kelas ini dilakukan menjelang tahun ajaran baru, sehingga memaksa pihak sekolah untuk mencari alternatif ruang belajar bagi siswa-siswinya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga pendidik di SDN 3 Pandeglang dalam menjaga kelancaran kegiatan pendidikan di tengah keterbatasan ruang.

2. Warga Saksi Mata Ceritakan Detik-detik Longsor

Kejadian longsor ini pertama kali diketahui oleh warga setempat saat hujan deras mengguyur wilayah Pandeglang pada Rabu, 2 Juli 2025, sekitar pukul 15.30 WIB. Seorang warga bernama Abdul Bakar menyaksikan langsung tanah mulai bergeser sebelum akhirnya longsor besar terjadi.

“Pas hujan ada sedikit tanah turun, lama kelamaan makin gede longsornya,” kata Abdul saat ditemui di lokasi kejadian.

Ia menjelaskan bahwa tanah yang semula hanya bergeser sedikit terus merosot dan akhirnya menyebabkan tebing ambruk secara keseluruhan. Hal ini diperparah dengan kondisi tembok penahan tanah (TPT) yang sudah tua dan mulai rapuh, tidak mampu lagi menahan tekanan air dan tanah akibat hujan lebat.

3. Material Bangunan Mulai Didatangkan ke Lokasi

Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani bencana ini, material untuk penanganan darurat mulai didatangkan ke lokasi sejak awal Juli. Pihak Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Banten juga ikut serta dalam proses perencanaan teknis, khususnya dalam hal pemilihan metode penanganan sementara.

Bronjong dinilai sebagai solusi tercepat dan paling efektif dalam jangka pendek, sambil menunggu pelaksanaan pembangunan struktur penahan permanen yang dijadwalkan akhir tahun ini.

4. Komitmen Pemerintah Tangani Risiko Bencana di Area Sekolah

Kasus longsor ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah untuk melakukan pemetaan risiko bencana di lingkungan sekolah, terutama yang berada di wilayah dengan kontur tanah yang curam atau rawan bencana alam. Pembangunan infrastruktur sekolah seharusnya tidak hanya fokus pada bangunan fisik, namun juga pada keamanan lingkungan sekitarnya.

Dengan penanganan cepat dan dukungan dana dari DAU SG, diharapkan pembangunan permanen dapat segera dilakukan tanpa harus menunggu kondisi memburuk. Pemkab Pandeglang juga berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan dinas terkait agar proses pembangunan bisa berjalan lancar dan tepat waktu.

Fenomena Terkini






Trending