Pemerintah Percepat Pemerataan Gizi dengan Dorongan Kolaborasi Swasta

Kuatbaca.com-Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia terus berjalan melalui program pemerataan akses pangan dan peningkatan gizi. Salah satu langkah nyata yang tengah dijalankan adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berhasil menjangkau lebih dari 5,2 juta penerima manfaat hingga akhir Juni 2025. Namun, untuk mencapai target yang lebih optimal, keterlibatan sektor swasta dinilai sangat penting.
1. Program MBG dan Tantangan Pemenuhan Gizi Nasional
Program Makan Bergizi Gratis menargetkan kelompok rentan seperti anak-anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui sebagai penerima utama. Meskipun capaian program ini telah signifikan, tantangan besar masih menghadang khususnya dalam memastikan pemerataan gizi yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam mempercepat pemenuhan kebutuhan gizi dan akses pangan. Menurutnya, persoalan gizi yang belum teratasi dapat menghambat kualitas sumber daya manusia, yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas.
2. Peran Sektor Swasta dalam Mendukung Program Pemerintah
Menjawab tantangan tersebut, organisasi masyarakat dan pelaku usaha swasta turut ambil bagian dalam mendukung Program MBG. Salah satu inisiatif penting datang dari organisasi Matahari Pagi Indonesia yang meluncurkan Program Makan Bahagia Gratis, bekerja sama dengan sejumlah donatur untuk menyasar sekolah-sekolah yang belum terjangkau MBG pemerintah.
Ketua Majelis Pertimbangan Matahari Pagi Indonesia, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya membantu pemenuhan gizi, tetapi juga berpotensi mengontrol kualitas makanan yang diberikan. Model ini telah diterapkan di beberapa lokasi seperti Jakarta dan Kabupaten Bandung Barat, dengan rencana ekspansi ke daerah lain.
3. Sinergi dengan UMKM dan Dampaknya bagi Perekonomian Lokal
Tidak hanya membantu anak-anak yang membutuhkan, Program Makan Bahagia Gratis juga menjadi wadah pemberdayaan UMKM lokal. Jusuf Hamka, anggota Majelis Pembina Matahari Pagi Indonesia, menekankan pentingnya melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai penyedia makanan sehat yang dibagikan ke sekolah-sekolah.
Dengan melibatkan UMKM, program ini tidak hanya memberikan manfaat gizi tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. UMKM di Indonesia memang memiliki peran besar, menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto dan menyerap hampir 97% tenaga kerja nasional.
4. Harapan dan Dukungan Pemerintah untuk Kolaborasi Berkelanjutan
Pemerintah, melalui Kemenko Perekonomian, memberikan sambutan positif atas keterlibatan sektor swasta dalam memperkuat program gizi nasional. Haryo Limanseto mengapresiasi sinergi berbagai pihak yang mempercepat terwujudnya visi kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dukungan terhadap UMKM sebagai mitra strategis dalam program ini juga disoroti, mengingat sektor tersebut menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dengan kerjasama yang terus diperluas, diharapkan pemerataan gizi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat bisa dicapai secara lebih merata dan berkelanjutan.
Keterlibatan berbagai elemen masyarakat dan pelaku usaha swasta ini menjadi fondasi kuat untuk mengatasi permasalahan gizi yang selama ini menjadi kendala dalam pengembangan sumber daya manusia unggul Indonesia. Upaya kolaboratif ini diharapkan terus berkembang seiring dengan komitmen bersama membangun masa depan bangsa yang lebih sehat dan produktif.