Pemerintah Longgarkan Impor Food Tray untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis, Produk Lokal Masih Terbatas

1. Mendag Longgarkan Impor Food Tray Demi Kebutuhan Program MBG
Kuatbaca.com - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) resmi melakukan pelonggaran kebijakan impor terhadap 10 komoditas, termasuk food tray atau nampan makanan, yang sebelumnya masuk dalam kategori larangan dan pembatasan (lartas). Kebijakan ini tertuang dalam pencabutan sebagian isi Permendag Nomor 8 Tahun 2024, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini tengah digencarkan.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa pelonggaran ini penting dilakukan karena kebutuhan food tray di dalam negeri meningkat secara signifikan, seiring dengan implementasi program MBG secara nasional. "Untuk mendukung program Makan Bergizi, kan banyak dibutuhkan," ujar Budi di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
2. Isu Penggunaan Produk Impor Tuai Kritik DPR, BGN Klarifikasi
Kebijakan ini sempat menjadi perhatian Komisi IX DPR RI, terutama karena Badan Gizi Nasional (BGN) disebut-sebut lebih memilih nampan impor dari China dibandingkan produk buatan dalam negeri. Kritik tersebut muncul karena dianggap bertentangan dengan semangat kemandirian industri nasional.
Menanggapi hal itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa pihaknya tetap memprioritaskan penggunaan produk lokal dalam pelaksanaan program MBG. Ia menyatakan, BGN telah diminta oleh Dewan Ekonomi Nasional (DEN) untuk menginventarisasi kebutuhan logistik MBG secara menyeluruh, termasuk mengidentifikasi potensi industri dalam negeri yang bisa menyuplai food tray.
"Program ini memang dirancang tidak hanya untuk peningkatan gizi, tapi juga untuk mendongkrak potensi ekonomi lokal, termasuk dalam penyediaan peralatan makan seperti food tray," ujar Dadan dalam rapat dengar pendapat dengan DPR, Mei lalu.
3. Kapasitas Produksi Lokal Belum Maksimal, Impor Masih Dibutuhkan
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian, potensi suplai food tray dari dalam negeri hingga akhir 2025 diproyeksikan mencapai 15 juta set, namun realisasi produksi saat ini baru sekitar 300 ribu set. Ini berarti utilisasi industri nasional masih rendah, yakni 50% dari kapasitas 600 ribu set per bulan.
Salah satu tantangan utama produsen lokal adalah keterbatasan bahan baku, yang sebagian besar masih harus diimpor. Bahan baku lokal cenderung memiliki karakteristik yang kurang sesuai untuk kebutuhan produksi food tray secara massal, seperti ketebalan material dan kesulitan dalam proses deep drawing (penarikan dalam).
Meski begitu, beberapa industri telah mulai meningkatkan kapasitas produksi dan menambah lini produksi untuk mengejar target pemenuhan dalam negeri. Jika utilisasi terus membaik, diharapkan ketergantungan pada impor dapat berkurang dalam beberapa tahun mendatang.
4. Pemerintah Dorong Keseimbangan: Impor Diperbolehkan, Lokal Tetap Diutamakan
Menteri Perdagangan Budi Santoso juga menekankan bahwa pelonggaran impor bukan berarti mengesampingkan produk lokal. Ia menegaskan bahwa semua jenis food tray—baik lokal maupun impor—dapat digunakan secara paralel untuk memastikan program MBG berjalan lancar. "Ya semua bisa kita pakai. Kebutuhannya kan banyak," katanya.
Dalam konteks ini, pemerintah mencoba menyeimbangkan aspek urgensi program nasional dengan kepentingan pemberdayaan industri dalam negeri. Sementara food tray lokal terus didorong kapasitas dan kualitasnya, ketersediaan produk dari luar negeri tetap dianggap penting untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan program MBG di lapangan.
5. Harapan ke Depan: Substitusi Impor Lewat Peningkatan Industri Nasional
Dengan semakin meningkatnya permintaan food tray untuk kebutuhan sekolah-sekolah dan institusi yang menjadi target program MBG, pemerintah diharapkan mendorong percepatan substitusi impor melalui insentif bahan baku, penyederhanaan regulasi industri, dan dukungan finansial bagi produsen lokal.
Seiring meningkatnya utilisasi produksi dan kesiapan industri dalam negeri, program makan bergizi ini juga bisa menjadi pintu masuk kebangkitan industri peralatan makan nasional, khususnya yang berbahan ramah lingkungan dan reusable. Dengan begitu, program MBG bukan hanya soal gizi anak bangsa, tetapi juga soal kemandirian dan ketahanan industri nasional.