Pelemahan Rupiah: Dolar AS Hampir Tembus Rp 17.000, Apa Penyebabnya?

1 May 2025 09:10 WIB
rupiah-makin-keok-lawan-dolar-as-hari-ini-5_169.jpeg

Kuatbaca.com-Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penurunan tajam, dengan Dolar AS hampir menembus angka Rp 17.000. Pelemahan ini telah menyimpang jauh dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang semula memproyeksikan nilai tukar Rupiah di angka Rp 16.000 per Dolar AS. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan terkait kondisi ini, serta faktor-faktor yang memengaruhi pelemahan Rupiah.

1. Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah

Pada akhir Maret 2025, nilai tukar Rupiah tercatat berada pada level Rp 16.829 per Dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi dalam APBN 2025 yang menyebutkan nilai tukar berada di Rp 16.000 per Dolar AS. Bahkan, nilai tukar ini terus melenceng dari prediksi APBN yang sudah diperkirakan sebelumnya. Dengan kondisi ini, Rupiah menghadapi tekanan yang cukup besar, menyebabkan Dolar AS mendekati angka Rp 17.000.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa pergerakan nilai tukar Rupiah ini terjadi karena sejumlah faktor eksternal, yang sebagian besar terkait dengan ketidakpastian global yang meningkat. Meskipun Indonesia memiliki cadangan devisa yang cukup besar dan stabilitas ekonomi yang baik, faktor-faktor eksternal ini tetap memberikan dampak besar terhadap nilai tukar Rupiah.


2. Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah

Menurut Sri Mulyani, salah satu faktor utama yang menyebabkan pelemahan Rupiah adalah ketidakpastian global yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat yang tidak mengalami penurunan signifikan seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh inflasi di AS yang masih tinggi serta pasar tenaga kerja yang ketat, yang menyebabkan The Federal Reserve (Fed) menjadi lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.

Selain itu, kebijakan tarif impor tinggi yang diumumkan oleh Presiden AS juga berkontribusi besar terhadap ketidakpastian di pasar global. Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan terhadap sekitar 70 negara mitra dagang AS mempengaruhi sentimen pasar keuangan dunia dan memperburuk dinamika sektor keuangan global.

3. Dampak Ketidakpastian Global Terhadap Pasar Keuangan

Ketidakpastian global yang tinggi menyebabkan capital flow atau arus modal bergerak lebih kuat ke negara-negara dengan tingkat stabilitas ekonomi yang lebih tinggi, termasuk AS. Ini menyebabkan penguatan Dolar AS terhadap berbagai mata uang, termasuk Rupiah. Gejolak pasar keuangan yang besar di kuartal pertama tahun ini semakin memperburuk kondisi ini.

Meski begitu, Sri Mulyani menegaskan bahwa pelemahan Rupiah tidak mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Stabilitas ekonomi Indonesia masih terjaga dengan baik, meskipun ada ketidakpastian global yang mempengaruhi pasar keuangan. Indonesia tetap menjadi salah satu pilihan investor karena pengelolaan ekonomi yang baik, terutama dalam hal pengelolaan APBN yang terjaga dengan baik.


4. Perspektif Positif dari Stabilitas Ekonomi Indonesia

Meskipun nilai tukar Rupiah mengalami tekanan, Sri Mulyani optimis bahwa Indonesia tetap menarik bagi investor global. Di tengah ketidakpastian yang ada, banyak investor yang mencari tempat aman untuk menempatkan dana mereka, dan Indonesia dianggap sebagai salah satu tempat yang relatif stabil. Hal ini berkat pengelolaan ekonomi yang hati-hati dan komitmen pemerintah terhadap kestabilan makroekonomi.

Stabilitas APBN dan kondisi ekonomi Indonesia yang solid menjadi alasan mengapa Indonesia tetap dilirik oleh investor. Meskipun tantangan global terus membayangi, Indonesia berhasil menjaga daya tariknya sebagai negara dengan ekonomi yang relatif stabil di kawasan Asia.

Pelemahan Rupiah yang hampir menyentuh angka Rp 17.000 per Dolar AS mencerminkan dinamika global yang tidak dapat dihindari. Meskipun demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa pelemahan ini tidak mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap stabil. Ketidakpastian global yang tinggi dan kebijakan suku bunga AS yang lebih ketat menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar. Meski begitu, Indonesia tetap menjadi pilihan investasi yang menarik berkat pengelolaan ekonomi yang baik dan stabilitas makroekonomi yang terjaga.

Fenomena Terkini






Trending