Pedagang Buku Bekas di Blok M Square: Dari Kejayaan hingga Tantangan Zaman Kini

KuatBaca.com - Blok M Square di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selain dikenal sebagai tempat hiburan dan kuliner, juga memiliki sisi lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah deretan toko buku bekas yang terletak di Lower Ground. Kawasan ini memang memiliki daya tarik khusus, khususnya bagi para pecinta buku. Selain menawarkan buku dengan harga terjangkau, ada pula koleksi buku-buku lama dan langka yang sulit ditemukan di toko-toko buku modern.
1. Pandemi Berdampak Siginifikan
Namun sayangnya, kehidupan di Lower Ground Blok M Square saat ini tak lagi seramai dulu. Beberapa tahun belakangan, terutama setelah pandemi COVID-19, kawasan ini semakin sepi pengunjung. Pada kunjungan terakhir kami ke sana, terlihat hanya sedikit pengunjung yang berkeliling memandangi deretan buku yang berjejer rapi di rak-rak kayu berwarna coklat.
Dari hasil wawancara kami dengan beberapa pedagang buku di sana, terungkap fakta bahwa pandemi benar-benar memberikan dampak signifikan pada bisnis mereka. Wawa dari Toko Buku Berdikari misalnya, mengungkapkan bahwa pendapatannya menurun drastis.
"Dulu bisa meraup sekitar Rp 1 juta per hari, namun kini terkadang hanya Rp 200 ribu di akhir pekan. Bahkan ada hari-hari tanpa pembeli sama sekali," kata Wawa dengan nada sedih.
Cerita serupa juga disampaikan oleh Irfan dari Wondry Bookstore dan Elly dari Lis/Elly Bookstore. Mereka menggambarkan bagaimana keadaan di Blok M Square sangat berbeda dibandingkan dengan masa-masa sebelum pandemi. Kini, mereka harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Beralih ke Berjualan Online
Adapun salah satu cara yang mereka tempuh untuk tetap bertahan di tengah tantangan ekonomi saat ini adalah dengan beralih ke penjualan online. Meskipun demikian, hasil dari berjualan online ternyata tak jauh berbeda dengan penjualan langsung di kios.
Wawa menyebutkan, "Untung dari berjualan online memang tak jauh berbeda. Namun setidaknya kami tetap bisa mempertahankan bisnis."
Sedangkan Elly, dengan semangatnya, memilih untuk tetap bertahan dengan cara konvensional, berjualan langsung di toko. Baginya, meski keadaannya pas-pasan, yang terpenting adalah tetap bisa tersenyum dan bersyukur.
"Saya meneruskan bisnis ini karena bapak saya juga pedagang buku. Keluarga kami memang berbisnis buku dan saya menikmatinya. Disyukuri saja, yang penting masih bisa tertawa," pungkas Elly dengan semangat.
Kisah pedagang buku bekas di Blok M Square ini adalah contoh nyata bagaimana banyak usaha yang terdampak oleh perubahan zaman dan tantangan global. Namun di balik itu semua, semangat untuk terus bertahan dan beradaptasi tetap menjadi hal yang paling penting. Kita patut mengapresiasi mereka yang tetap berjuang di tengah kesulitan. (*)