Kuatbaca.com - Di era digital saat ini, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga merambah ke ranah virtual. Bullying, yang seringkali dimulai dengan kata-kata pedas, bisa memberikan dampak jangka panjang pada psikologi korban. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami fenomena ini dan bagaimana cara menghadapinya.
Melihat fenomena ini, penerbit Esensi, salah satu anak perusahaan dari Erlangga, telah meluncurkan buku berjudul "Panduan Antibullying". Sebuah buku yang ditujukan bagi generasi muda Indonesia sebagai salah satu upaya edukasi mengenai bullying. Buku ini dikerjakan oleh Tantri Arihta Sitepu, anggota dari komunitas Sudah Dong, yang memiliki misi untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya bullying.
Tantri Arihta Sitepu, dalam peluncuran bukunya di Islamic Book Fair di Istora Senayan, Jakarta Pusat, mengemukakan bahwa banyak masyarakat yang masih awam tentang bullying. Mulai dari definisi dasar hingga bentuk-bentuk bullying yang ada. Inilah yang menjadi motivasinya untuk menulis buku panduan tersebut. Bukan hanya sebagai informasi, buku ini juga diharapkan bisa menjadi panduan bagi siswa, guru, serta orang tua dalam menghadapi dan memahami kasus bullying.
Menariknya, Tantri bukanlah orang yang asing dengan bullying.
Ia sendiri pernah menjadi korban bullying di masa remajanya. Dengan rambut keritingnya, Tantri sering mendapat julukan 'kribo' dari teman-temannya. Namun, saat beranjak SMP, Tantri malah berubah menjadi pelaku bullying. Pengalaman pribadinya ini memberikan perspektif yang mendalam dalam penulisan buku ini.
Menurut Tantri, salah satu pemicu bullying adalah ketika seseorang merasa memiliki kekuasaan lebih atas orang lain. Dengan kekuasaan itu, mereka merasa berhak menyakiti atau memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak semestinya. Dan sayangnya, fenomena ini semakin meningkat di dunia digital. Kasus bullying di media sosial semakin marak, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan netizen yang kurang sopan.
Dalam acara tersebut, hadir juga psikolog anak dan remaja, Belinda Agustya. Belinda menekankan pentingnya peran orang tua dalam menghadapi kasus bullying yang dialami anak-anaknya. Menurutnya, hubungan yang hangat dan komunikasi yang positif antara orang tua dan anak dapat membuat anak merasa aman untuk berbicara dan membuka diri tentang masalah yang mereka hadapi.
Secara keseluruhan, buku "Panduan Antibullying" ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda Indonesia. Dengan pemahaman yang baik tentang bullying, diharapkan kita semua dapat bersama-sama mencegah dan mengatasi fenomena ini untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan positif bagi semua orang.
(*)