OpenAI Caplok Startup Jony Ive Rp106 Triliun, Siap Bikin Perangkat AI Masa Depan

22 May 2025 09:00 WIB
openai-akuisisi-startup-ai-jony-ive-1747874845367_169.webp

Kuatbaca.com-Langkah besar dilakukan OpenAI dalam memperluas jangkauannya di dunia teknologi. Kali ini, perusahaan di balik ChatGPT itu resmi mengakuisisi startup milik desainer legendaris Jony Ive, sosok yang dikenal luas sebagai otak di balik desain ikonik iPhone, iMac, dan Apple Watch. Akuisisi ini bukan sembarang aksi bisnis biasa—ini merupakan sinyal kuat bahwa OpenAI akan masuk ke ranah perangkat keras.

Nilai akuisisi yang diumumkan mencapai USD 6,5 miliar atau sekitar Rp106,3 triliun. Meski tidak seluruh detail transaksi dibuka ke publik, kabar ini langsung menyita perhatian banyak pihak. OpenAI sebelumnya memang telah memiliki 23% saham di perusahaan yang didirikan Jony Ive tersebut.

Langkah ini menandai transisi besar OpenAI yang selama ini dikenal sebagai pemimpin dalam pengembangan perangkat lunak AI. Dengan akuisisi ini, OpenAI secara serius merambah pengembangan perangkat keras generasi baru berbasis kecerdasan buatan.

Bersamaan dengan akuisisi ini, Jony Ive ditunjuk sebagai kepala kreatif yang akan mengarahkan visi dan desain dari perangkat-perangkat revolusioner buatan OpenAI dan timnya.


1. Tim Desainer Kelas Dunia Masuk ke OpenAI

Startup milik Ive yang bernama "io" akan sepenuhnya diintegrasikan ke dalam struktur OpenAI. Tim ini terdiri dari 55 desainer dan insinyur kelas dunia yang sebelumnya telah menciptakan berbagai produk prestisius di industri teknologi.

Selain itu, Ive tetap akan memimpin tim desain independennya, LoveFrom, yang memiliki reputasi tinggi di kalangan kreatif. OpenAI menjamin bahwa LoveFrom akan tetap mempertahankan otonominya agar bisa terus berinovasi secara bebas dan eksploratif.

Dengan penggabungan ini, OpenAI tidak hanya memperkuat lini teknologinya, tetapi juga menghadirkan pendekatan baru dalam hal desain produk. Kombinasi antara inovasi AI dan keindahan desain diprediksi akan menciptakan pengalaman pengguna yang jauh lebih manusiawi.

Langkah strategis ini pun memperjelas arah OpenAI dalam membangun ekosistem teknologi sendiri yang tak lagi bergantung pada sistem operasi lain seperti Android atau iOS.


2. Visi Masa Depan Komputasi dan AI Menurut Altman dan Ive

CEO OpenAI, Sam Altman, menyatakan bahwa teknologi AI sudah berkembang pesat, namun perangkat keras yang digunakan saat ini masih tertinggal. Ia menilai sudah saatnya ada perangkat baru yang benar-benar dirancang untuk interaksi AI, bukan hanya komputer atau smartphone yang dimodifikasi.

Jony Ive juga mengungkapkan rasa antusiasmenya. Ia menyebut bahwa kolaborasi ini menjadi momen penting dalam kariernya selama lebih dari 30 tahun. Produk-produk yang akan dikembangkan dari kolaborasi ini dijanjikan akan melampaui semua perangkat yang ada saat ini.

Meski belum banyak detail teknis yang dibocorkan, Altman menyebut sudah ada prototipe rahasia yang digambarkannya sebagai “teknologi paling keren yang pernah dibuat”. Rencananya, produk pertama dari proyek ini akan diperkenalkan ke publik pada tahun 2026.

Produk tersebut diharapkan menjadi titik balik dalam cara manusia berinteraksi dengan AI, melampaui pendekatan yang selama ini hanya berbasis antarmuka digital konvensional.


3. Tantangan Baru Bagi Apple, Meta, dan Google

Kehadiran aliansi antara OpenAI dan Jony Ive ini tentu menjadi tantangan serius bagi pemain besar lain seperti Apple, Meta, dan Google. Ketiganya saat ini juga sedang gencar-gencarnya mengembangkan perangkat keras AI, termasuk kacamata pintar, wearable AI, dan ponsel berbasis AI.

Menariknya, setelah pengumuman ini, saham Apple dilaporkan mengalami penurunan lebih dari 2%. Ini menandakan bahwa pasar melihat potensi kuat dari kolaborasi OpenAI dan Jony Ive sebagai pesaing serius di industri perangkat teknologi konsumen.

Visi OpenAI sangat jelas: mereka ingin membuat AI tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga mudah digunakan dan

menyenangkan secara desain. Dengan kata lain, bukan hanya otak mesin yang diutamakan, tetapi juga rasa dan estetika manusia.

Jika kolaborasi ini berhasil, maka bukan tak mungkin kita akan menyaksikan era baru perangkat AI personal yang menggantikan peran ponsel pintar seperti yang kita kenal saat ini.

Fenomena Terkini






Trending