NH Korindo Lumpuh Diterjang Serangan Siber, Transaksi Saham Naik Mobile Tertunda

Kuatbaca.com-Aplikasi investasi Naik Mobile milik PT NH Korindo Sekuritas Indonesia mengalami gangguan serius sejak 19 Mei 2025 akibat serangan siber. Dampak dari insiden ini cukup parah, karena seluruh aktivitas transaksi saham melalui aplikasi tersebut tidak dapat dilakukan secara normal hingga saat ini.
Sebelumnya, NH Korindo telah memberikan informasi resmi melalui akun Instagram @nhsekuritas bahwa proses pemulihan sistem sedang dilakukan secara bertahap. Namun, hingga 27 Mei 2025, pengguna aplikasi masih belum dapat mengakses layanan jual beli saham seperti biasa.
Manajemen NH Korindo menyebut bahwa serangan siber tersebut menyebabkan gangguan besar pada sistem inti aplikasi, sehingga diperlukan proses input ulang data ke sistem Naik Mobile. Proses ini disebut sebagai bagian krusial dari upaya pemulihan menyeluruh agar sistem bisa kembali berfungsi optimal.
Perusahaan menyatakan bahwa tim teknis bekerja ekstra untuk memperbaiki kerusakan sistem dan memastikan data yang terdampak dapat dipulihkan secara aman. Namun, pengguna diminta untuk bersabar karena proses ini memerlukan waktu dan kehati-hatian tinggi demi menjaga integritas data.
1. Proses Pemulihan Dipercepat, Namun Transaksi Masih Terbatas
Dalam keterangan resmi, NH Korindo menegaskan bahwa pemulihan sistem tidak bisa dilakukan secara instan. Berdasarkan peraturan dari otoritas pasar modal, perusahaan harus melalui tahapan pengujian sistem (mock testing) sebelum kembali membuka akses transaksi secara penuh.
Pengujian sistem dikabarkan telah dimulai sejak Sabtu, 25 Mei 2025, namun hingga hari ini belum ada pengumuman resmi kapan aplikasi Naik Mobile akan kembali beroperasi normal. Sementara itu, transaksi pada hari Senin, 26 Mei 2025, masih dilakukan dalam skala terbatas, sebagaimana kondisi yang terjadi sejak 19 Mei lalu.
Manajemen menyatakan komitmennya untuk melakukan perbaikan total dan memastikan bahwa tidak akan ada kebocoran data
atau penyalahgunaan akibat serangan ini. Semua informasi terbaru seputar kondisi aplikasi akan terus disampaikan melalui kanal resmi perusahaan.
Pengguna diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari NH Korindo, dan sementara waktu, mereka masih diminta menunda transaksi atau menghubungi layanan pelanggan jika ingin mengakses layanan tertentu secara manual.
2. Keluhan Nasabah Meningkat, Potensi Migrasi ke Sekuritas Lain
Dampak dari serangan siber ini tak hanya dirasakan secara teknis, tetapi juga memicu reaksi keras dari para nasabah. Di kolom komentar unggahan resmi NH Korindo, banyak pengguna yang mengeluhkan tidak adanya kejelasan waktu pemulihan dan mempertimbangkan untuk memindahkan portofolio mereka ke sekuritas lain.
Beberapa nasabah menyebutkan bahwa mereka kesulitan menjual saham saat pasar sedang aktif, yang berpotensi menyebabkan kerugian investasi. Ada pula yang menyebutkan tidak mendapatkan respons dari tim layanan pelanggan melalui WhatsApp, menandakan overload atau gangguan sistem layanan lainnya.
Kondisi ini dapat menjadi pukulan berat bagi reputasi NH Korindo di tengah ketatnya persaingan antar-sekuritas di Indonesia. Ketersediaan layanan digital yang stabil dan aman menjadi aspek utama yang diperhitungkan oleh investor ritel, terutama generasi muda.
Dalam jangka pendek, NH Korindo perlu mengambil langkah konkret untuk mengembalikan kepercayaan pengguna, misalnya dengan memberikan kompensasi atau mempercepat jalur komunikasi alternatif bagi nasabah yang terdampak.
3. Serangan Siber dan Tantangan Keamanan Digital di Sektor Investasi
Kasus yang menimpa NH Korindo menunjukkan betapa rentannya platform keuangan digital terhadap ancaman siber. Keamanan siber kini menjadi aspek vital dalam operasional layanan investasi berbasis aplikasi, dan harus menjadi perhatian utama pelaku industri sekuritas.
Serangan siber yang menyebabkan aplikasi investasi lumpuh berisiko tinggi terhadap stabilitas pasar dan kenyamanan nasabah. Bahkan, dalam skenario terburuk, hal ini bisa menyebabkan eksodus investor jika tidak ditangani secara cepat dan transparan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan lebih aktif mengawasi kesiapan infrastruktur digital dari seluruh anggota bursa, termasuk memastikan adanya protokol darurat jika serangan siber terjadi.
Sementara itu, nasabah juga perlu waspada terhadap potensi pencurian data dan harus segera melaporkan aktivitas mencurigakan yang mungkin terjadi pada akun investasi mereka. Perlindungan dua lapis (2FA) dan pembaruan sandi secara berkala menjadi langkah pencegahan awal yang bisa dilakukan pengguna.
Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku industri sekuritas di Indonesia. NH Korindo, sebagai salah satu pemain besar di pasar modal, diharapkan segera memulihkan operasional aplikasi dan memberikan jaminan keamanan kepada seluruh penggunanya.
Ke depan, sistem sekuritas berbasis digital harus lebih kuat terhadap ancaman eksternal. Penerapan standar keamanan tinggi, kolaborasi dengan penyedia cybersecurity, dan edukasi nasabah soal keamanan digital perlu ditingkatkan demi menjaga ekosistem investasi nasional yang sehat dan terpercaya.