MU Hujan Gol di Liga Europa, Seret Produktivitas di Liga Inggris: Apa yang Terjadi?

2 May 2025 13:16 WIB
manchester-united-1746144865895.jpeg

Kuatbaca.com-Manchester United mencatatkan performa kontras antara dua kompetisi yang mereka jalani musim ini: Liga Europa dan Liga Inggris. Jika di panggung Eropa mereka tampil meyakinkan dengan banyak gol, situasinya sangat berbeda di kompetisi domestik. Ketajaman yang meledak di Liga Europa seolah menguap saat berlaga di Premier League.

Berikut adalah ulasan mendalam mengenai ketimpangan performa MU di dua ajang besar tersebut:

1. Dominasi Manchester United di Liga Europa

Manchester United menunjukkan performa impresif di Liga Europa musim ini. Dalam tujuh pertandingan terakhir di kompetisi tersebut, tim berjuluk Setan Merah sudah mencetak 19 gol. Hasil ini menjadikan mereka sebagai salah satu tim paling produktif di Liga Europa musim ini.

Kemenangan 3-0 atas Athletic Bilbao di leg pertama semifinal menegaskan dominasi MU atas lawan-

lawannya. Gol-gol datang dari berbagai lini, baik dari lini tengah seperti Bruno Fernandes, maupun dari pemain-pemain belakang yang naik membantu serangan. Tak jarang pula gol tercipta di menit-menit akhir pertandingan, mencerminkan mental juara yang kuat.

Pola serangan cepat, pressing tinggi, dan kemampuan memanfaatkan ruang sempit di kotak penalti menjadi senjata utama. Para pemain tampak lebih lepas dan berani mengambil risiko dalam menyerang, terutama saat bermain di kandang lawan.


2. Produktivitas Menurun Drastis di Liga Inggris

Sayangnya, semangat dan ketajaman yang ditunjukkan di Liga Europa tidak berbanding lurus dengan performa MU di Premier League. Dalam 15 pertandingan terakhir di liga domestik, Manchester United hanya mampu mencetak 18 gol—rata-rata hanya 1,2 gol per laga.

Terakhir kali MU menang dengan selisih lebih dari satu gol di Premier League terjadi lebih dari sebulan lalu saat mereka menaklukkan Leicester City 3-0. Setelah itu, tren kemenangan meyakinkan seolah menghilang. MU kesulitan membongkar pertahanan lawan, bahkan saat menghadapi tim papan bawah.

Pemain sayap terlihat kurang tajam dalam melakukan penetrasi, sementara para striker kerap kehilangan sentuhan akhir. Masalah ini menjadi sorotan tajam bagi pelatih Ruben Amorim yang terus menuntut ketajaman dan kreativitas lebih di sepertiga akhir lapangan.

3. Penyebab Ketimpangan Performa

Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan perbedaan performa Manchester United antara Liga Europa dan Liga Inggris. Pertama, tekanan di Premier League jauh lebih tinggi karena persaingan yang sangat ketat. Hampir setiap pertandingan menjadi pertarungan taktis yang menuntut kesabaran dan kecermatan tinggi.

Kedua, sistem rotasi yang diterapkan Amorim juga memengaruhi kestabilan performa pemain. Beberapa pemain utama kerap disimpan untuk laga Eropa, sehingga komposisi tim di liga domestik kurang solid. Selain itu, cedera dan kelelahan pemain turut memperburuk situasi.

Ketiga, lawan-lawan di Premier League sudah cukup mengenal gaya bermain MU dan menyiapkan strategi khusus untuk meredam serangan mereka. Ini berbeda dengan di Liga Europa, di mana taktik MU cenderung lebih mengejutkan bagi lawan-lawan dari negara lain.


4. Tantangan dan Harapan ke Depan

Menjelang akhir musim, tantangan terbesar MU adalah menjaga konsistensi di dua kompetisi. Jika mereka ingin menutup musim dengan gelar Liga Europa, maka performa tajam di ajang tersebut harus dipertahankan hingga final.

Namun, tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki performa di Liga Inggris. MU masih bersaing untuk posisi empat besar, dan itu membutuhkan peningkatan besar dalam hal efektivitas serangan. Amorim perlu mencari formula terbaik untuk membuat para winger dan striker kembali produktif.

Keberhasilan di Eropa memang membanggakan, tetapi untuk benar-benar dianggap sebagai tim papan atas, MU harus bisa menunjukkan dominasi di kompetisi lokal juga. Konsistensi adalah kunci utama, dan saat ini itulah yang masih menjadi PR besar bagi skuad Setan Merah.

Fenomena Terkini






Trending