Mobil Formula E Dibatasi Ngebut di Jakarta, Ini Fakta Menarik di Baliknya

25 June 2025 09:50 WIB
kualifikasi-seri-ke-11-formula-e-di-jakarta-1750492191492_169.jpeg

Kuatbaca - Ajang Formula E Jakarta 2025 sudah resmi berakhir, namun gelaran balap mobil listrik ini masih menyisakan sejumlah cerita menarik yang belum banyak diketahui publik. Salah satunya adalah soal kecepatan mobil yang ternyata tidak bisa digeber maksimal selama balapan di Sirkuit Ancol, Jakarta Utara. Padahal, secara teknis, mobil Formula E generasi ketiga mampu melesat hingga kecepatan 322 km/jam. Lantas, mengapa kecepatan mobil dibatasi di lintasan Jakarta?

Suhu Panas Jadi Tantangan Utama

Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan suhu tropis yang cukup tinggi, terlebih di bulan-bulan pertengahan tahun yang kerap diwarnai terik matahari. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para tim balap Formula E. Bukan hanya pebalap yang diuji daya tahannya, melainkan juga komponen kendaraan seperti baterai dan powertrain yang bekerja keras selama balapan.

Suhu ekstrem di lintasan Ancol membuat sistem kelistrikan mobil rentan mengalami panas berlebih atau overheat. Jika dibiarkan, hal ini bisa memicu gangguan pada performa mobil, bahkan berisiko merusak komponen vital. Maka dari itu, banyak tim mengatur strategi untuk menjaga suhu tetap stabil, termasuk dengan membatasi kecepatan kendaraan di beberapa titik.

Strategi Menahan Kecepatan, Bukan Sekadar Taktik

Berbeda dengan balapan Formula 1 yang identik dengan ledakan kecepatan sejak awal lomba, Formula E mengadopsi pendekatan berbeda. Dalam kondisi cuaca panas seperti di Jakarta, pebalap justru diminta untuk tidak terlalu agresif sejak awal. Mereka memilih untuk bermain cerdik dengan mengatur ritme dan energi kendaraan agar tidak cepat terkuras dan suhu tidak melonjak.

Salah satu taktik yang digunakan adalah slipstream, yakni memanfaatkan angin dari mobil di depan untuk mengurangi hambatan udara dan menghemat tenaga. Ini mengapa banyak pebalap justru tidak ingin memimpin terlalu awal dalam balapan Formula E, karena posisi kedua atau ketiga justru lebih strategis dalam menjaga efisiensi energi dan suhu mesin.

Peran Pendingin dalam Performa Mobil

Untuk mendukung kestabilan suhu selama balapan, tim balap membawa serta alat bantu berupa cooler box. Kotak pendingin ini diisi dengan es kering yang memiliki suhu sangat rendah. Es kering ini kemudian ditiupkan dengan kipas ke arah radiator mobil, yang berfungsi menjaga suhu motor listrik dan baterai tetap dalam batas aman.

Selain pendingin, perangkat pemantau suhu juga menjadi alat vital bagi pebalap dan tim teknis. Melalui dashboard, pebalap bisa memantau suhu baterai secara real-time dan menyesuaikan gaya balap mereka. Hal ini penting untuk mencegah derating—kondisi di mana tenaga mobil otomatis dikurangi ketika suhu baterai terlalu tinggi demi alasan keselamatan.

Bukan hanya mobil yang kewalahan menghadapi panas Jakarta. Para pebalap juga menghadapi ujian fisik yang tak ringan. Suhu tinggi di dalam kokpit, ditambah pakaian balap yang tebal dan tertutup, membuat tubuh mereka mengalami dehidrasi cepat. Dalam satu balapan saja, pebalap bisa kehilangan hingga 3 kilogram berat badan hanya karena cairan tubuh yang keluar.

Karena itu, manajemen energi dan suhu menjadi dua faktor krusial dalam Formula E, terlebih di sirkuit seperti Jakarta. Bukan hanya tentang siapa yang tercepat, tapi juga siapa yang paling cerdas dalam menjaga ritme balap.

Formula E Jakarta telah membuktikan diri bukan hanya sebagai tontonan balap mobil biasa. Ajang ini menunjukkan bahwa teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi bisa dikemas dalam kompetisi yang penuh strategi dan ketegangan. Keputusan untuk membatasi kecepatan bukan semata-mata karena keterbatasan teknis, melainkan langkah bijak untuk menyesuaikan dengan karakteristik lingkungan lokal.

Ke depan, tantangan seperti suhu tinggi ini bisa menjadi pelajaran penting bagi pengembangan teknologi kendaraan listrik, termasuk mobil sehari-hari. Karena kalau mobil balap saja perlu strategi untuk menangani panas, apalagi kendaraan umum di kota tropis seperti Jakarta.

Fenomena Terkini






Trending