Mewujudkan Langit Biru: Upaya Pertamina dari Cilacap untuk Indonesia dan Dunia

31 October 2024 08:42 WIB
kilang-cilacap-dukung-ketahanan-energi-nasional-berkelanjutan-2.jpeg

Kuatbaca - Cuaca panas dan kualitas udara yang memburuk belakangan ini membuat banyak warga Jakarta, termasuk Gizka (30), merindukan langit biru yang kian sulit dilihat. Gizka, seorang pekerja kantoran yang merantau dari Sumatera, mengungkapkan bahwa langit biru kini terasa seperti mitos. Ia merasakan dampak polusi udara yang mempengaruhi aktivitas sehari-harinya, bahkan air dingin pun tidak cukup untuk memberikan kenyamanan saat beraktivitas di luar ruangan.

Tantangan Polusi Udara di Jakarta

Kekhawatiran Gizka mengenai polusi udara tidak hanya dirasakannya sendiri, tetapi juga dirasakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia, sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan tersebut dengan kelestarian lingkungan. Dalam konteks ini, diperlukan investasi yang tepat untuk menciptakan masa depan yang lebih ramah lingkungan dan tahan bencana.

Kondisi udara di Jakarta yang semakin parah memaksa warga untuk kembali menggunakan masker saat beraktivitas di luar. Ini menjadi sinyal bahwa saatnya untuk berbenah demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Kilang Langit Biru Cilacap: Inovasi untuk Lingkungan

Sekitar 380 km dari Jakarta, Pertamina mengoperasikan salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia di Cilacap. Kilang ini memiliki peran penting dalam menyuplai 34% kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional, dan 60% untuk Pulau Jawa. Namun, Pertamina tidak hanya fokus pada ketahanan energi, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Sejak tahun 2019, kilang ini telah bertransformasi melalui proyek Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) dengan investasi sebesar US$ 392 juta.

KLBC merupakan langkah konkret Pertamina untuk memproduksi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Dengan teknologi modern, kilang ini mampu menghasilkan produk BBM dengan nilai oktan minimal 92. Selain itu, KLBC juga mampu meningkatkan kapasitas produksi kilang menjadi 1,6 juta barel per bulan, meningkatkan kualitas bahan bakar yang dihasilkan.

Green Refinery: Komitmen Pertamina Terhadap Energi Hijau

Pertamina kini memasuki tahap pengembangan kilang hijau di Cilacap, yang merupakan kilang hijau terbesar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan kapasitas 3.000 barel per hari, kilang ini memproduksi produk energi hijau seperti Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

HVO, yang dikenal dengan nama Pertamina Renewable Diesel D100, adalah bahan bakar nabati ramah lingkungan yang sudah mendapatkan sertifikat dari International Sustainability and Carbon Certification (ISCC). Keberadaan HVO ini menunjukkan bahwa Pertamina serius dalam mengurangi emisi karbon hingga 65-70% dibandingkan bahan bakar konvensional.

Dengan kapasitas produksi yang mencapai 3.000 barel per hari, produk ramah lingkungan ini telah digunakan dalam berbagai acara, termasuk Jakarta E-Prix 2021. Keberhasilan Pertamina dalam menghasilkan produk ini menegaskan komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas lingkungan dan menghadapi tantangan energi di masa depan.

Selain HVO, Pertamina juga berhasil memproduksi SAF di Refinery Unit IV Cilacap. SAF, yang diolah dari limbah, memiliki kualitas yang sebanding dengan bahan bakar avtur konvensional. Dengan pengujian yang menunjukkan performa yang baik, SAF J2.4 telah digunakan dalam penerbangan komersial perdana Garuda Indonesia.

Peluang untuk memasuki pasar internasional semakin terbuka, terutama dengan adanya regulasi di Singapura yang mengharuskan penerbangan menggunakan SAF. Pertamina Patra Niaga, anak perusahaan Pertamina, telah memperluas distribusi SAF ke jaringan global, termasuk kepada Virgin Australia Airlines.

Upaya Pertamina dalam memproduksi energi bersih juga didukung oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). BPH Migas mendorong penggunaan energi ramah lingkungan sebagai bagian dari transisi energi nasional menuju kemandirian energi. Untuk itu, regulasi terkait penyediaan BBM ramah lingkungan telah diterbitkan, yang menjadi dasar bagi pengawasan implementasi energi bersih.

Pemerintah Indonesia juga terus mematangkan regulasi mengenai Peta Jalan BBM yang Bersih dan Ramah Lingkungan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pelaksanaan BBM ramah lingkungan dapat berjalan dengan baik dan dalam koridor hukum yang ada.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menegaskan bahwa perusahaan akan terus mengembangkan penggunaan bioenergi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Dengan potensi bahan bakar nabati yang besar, Pertamina berkomitmen untuk mempercepat transisi energi dan mengurangi ketergantungan impor, sekaligus menciptakan lapangan kerja.

Pengembangan bioenergi diharapkan tidak hanya dapat mengurangi emisi, tetapi juga membantu Indonesia mencapai target sebagai negara maju. Komitmen ini menjadi bagian penting dalam mewujudkan langit biru yang dirindukan, serta menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Dengan langkah-langkah inovatif dan komitmen yang kuat, Pertamina siap berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan mengembalikan langit biru untuk Indonesia dan dunia.

Fenomena Terkini






Trending