Mengenal Puisi Diafan dan Puisi Prismatis

Puisi adalah ungkapan peristiwa atau perasaan yang disampaikan penulis lewat kata-kata.
Puisi juga diartikan sebagai karya sastra yang menunjukan kehidupan sosial, kejiwaan, dan aspek yang timbul karena interaksi langsung maupun tidak, serta sadar maupun tidak.
Puisi dibagi menjadi dua berdasarkan bahasa yang digunakan dan tingkat pemahamannya, yaitu puisi diafan dan puisi prismatis.
Puisi diafan
Apa yang dimaksud dengan puisi diafan?
Puisi diafan merupakan puisi anak-anak yang mudah dipahami, karena tidak menggunakan kata kiasan atau yang sukar dipahami.
Dikutip dari jurnal Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Menggunakan Metode Video Critic (2018) karya Dariyanti, berikut pengertian puisi diafan:
"Puisi diafan adalah puisi dengan kata terbuka yang tidak mengandung lambang atau kiasan tertentu."
Puisi diafan memakai bahasa sehari-hari dalam penulisannya. Puisi ini juga dapat ditulis dengan mendeskripsikan bentuk di sekitar penulis.
Salah satu bentuk puisi diafan yaitu puisi anak-anak yang baru belajar menulis puisi
Buatlah contoh puisi diafan! Berikut contoh puisi diafan.
Rumah
Rumahku berwarna merah mudaRumahku begitu indah dan megah
Di sekitar rumahku terlihat kebun kecil yang cantik menggodaBeragam tanaman terlihat menghiasi sekelilingnya
Namun sayangnya,Rumahku berada tepat di bahu jalan
Setiap waktu suara bising kendaraan terdengarBegitu mengganggu pendengaranTidak dapat tidur dengan tenang
Puisi prismatis
Apa itu puisi prismatis?
Puisi prismatis merupakan puisi yang mengandung diksi, kata konkret, imaji, majas, dan gaya bahasa yang sangat baik.
Puisi prismatis disebut sebagai puisi yang sukar dipahami. Puisi ini bersifat multy interpretable atau memiliki banyak makna.
Salah satu contoh puisi prismatis dapat dilihat dalam karya Saparti Djoko Damono.
Puisi prismatis memerlukan penafsiran, karena menggunakan kata dan kalimat yang bermakna ganda. Puisi prismatis tidak bisa dipahami secara langsung seperti puisi diafan.
Namun, pembaca dapat merasakan apa yang disampaikan penulis dalam puisi setelah membaca kedua kalinya atau lebih.