Mengenal George Soros: Miliarder Kontroversial di Balik Krisis Moneter 1998

Kuatbaca.com-George Soros adalah sosok investor dan filantropis yang dikenal di seluruh dunia. Dengan kekayaan lebih dari Rp 118 triliun, ia berhasil membangun reputasi sebagai salah satu investor paling berpengaruh dalam sejarah pasar keuangan global. Namun, namanya juga kerap dikaitkan dengan berbagai spekulasi mata uang yang memicu gejolak ekonomi, termasuk krisis moneter Asia 1997-1998, yang berdampak besar terhadap Indonesia.
1. Masa Kecil dan Perjalanan Karier George Soros
Soros lahir di Budapest, Hungaria, pada 12 Agustus 1930, dalam keluarga keturunan Yahudi yang cukup berada. Namun, kehidupan masa kecilnya berubah drastis ketika Nazi menguasai Hungaria pada tahun 1944. Keluarganya terpaksa bersembunyi dan menggunakan identitas palsu untuk menghindari deportasi ke kamp konsentrasi.
Setelah Perang Dunia II berakhir, pada tahun 1947 ia pindah ke London dan belajar filsafat di London School of Economics di bawah bimbingan Karl Popper. Namun, Soros kemudian mengalihkan fokusnya ke dunia keuangan dan bekerja di sektor perbankan. Tahun 1956, ia pindah ke New York dan mulai bekerja sebagai analis sekuritas, yang menjadi awal dari karier suksesnya di dunia investasi.
2. Soros dan Quantum Fund: Spekulasi yang Mengubah Sejarah
Pada tahun 1973, George Soros mendirikan Soros Fund Management, yang kemudian berganti nama menjadi Quantum Endowment Fund. Dengan strategi investasi agresif, Soros berhasil menghasilkan keuntungan luar biasa dan menjadikan dirinya salah satu investor hedge fund paling sukses di dunia.
Salah satu langkah kontroversial yang dilakukannya adalah ketika Quantum Fund menjual miliaran poundsterling pada 1992, saat pemerintah Inggris berencana mendevaluasi mata uangnya. Akibat aksinya ini, mata uang Inggris mengalami kejatuhan drastis, sementara Soros mendapat keuntungan sekitar US$ 1 miliar dan mendapat julukan "Orang yang Menghancurkan Bank of England".
3. Peran George Soros dalam Krisis Moneter 1998
Setelah sukses dengan spekulasi poundsterling, Soros kembali melakukan aksi serupa di Asia Tenggara. Pada tahun 1997, ia berspekulasi terhadap mata uang baht Thailand, yang menyebabkan depresiasi besar-besaran. Hal ini berdampak buruk bagi ekonomi Thailand dan memicu krisis finansial di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, krisis moneter 1998 menyebabkan jatuhnya nilai rupiah, inflasi tinggi, kebangkrutan perusahaan, dan gelombang PHK besar-besaran. Dampaknya bahkan memicu ketidakstabilan politik yang berujung pada lengsernya Presiden Soeharto setelah lebih dari 30 tahun berkuasa. Banyak pihak menilai bahwa spekulasi Soros di pasar keuangan mempercepat krisis ekonomi di kawasan tersebut.
4. Soros, Kekayaan, dan Pengaruh Globalnya Saat Ini
Meskipun sering dianggap sebagai "biang kerok" dalam krisis moneter, Soros juga dikenal sebagai filantropis besar. Melalui Open Society Foundations, ia telah mendonasikan lebih dari US$ 32 miliar untuk berbagai program sosial, demokrasi, dan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Saat ini, menurut laporan Forbes, Soros memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 7,2 miliar, yang menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia. Namun, namanya tetap menjadi sosok yang kontroversial, baik di dunia keuangan maupun politik.
Terlepas dari berbagai tudingan yang diarahkan kepadanya, George Soros tetap menjadi simbol investor sukses yang mampu mengubah ekonomi global dengan strategi spekulasinya. Sementara itu, dampak dari aksinya di pasar keuangan masih menjadi bahan perdebatan di kalangan ekonom dan analis hingga saat ini.