Mengapa Korea Utara Antusias Kirim Ribuan Tentara ke Rusia? Ini Motif Strategis di Baliknya

4 July 2025 17:00 WIB
dw-1751619146746_169.webp

1. Dukungan Militer Korea Utara, Lebih dari Sekadar Solidaritas

Kuatbaca.com - Korea Utara kini menjadi sorotan dunia setelah mengirimkan ribuan personel militer ke Rusia, khususnya ke wilayah Kursk dekat perbatasan Ukraina. Misi ini bukan hanya menunjukkan dukungan simbolis, tetapi juga bentuk nyata penguatan aliansi militer antara Pyongyang dan Moskow. Pengiriman ini mencakup lebih dari 6.000 insinyur dan pekerja militer, serta jutaan peluru dan rudal, seperti dikonfirmasi oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS).

Langkah tersebut menandai perubahan penting dalam geopolitik Asia-Eropa dan menjadikan Korea Utara sebagai pemain aktif dalam konflik global, bukan hanya sebagai penonton. Pemerintah Korea Utara memanfaatkan momen ini untuk menunjukkan komitmen strategis kepada Rusia dan sekaligus meningkatkan citra nasionalisme di dalam negeri.

2. Imbalan Setimpal: Bahan Bakar, Teknologi Militer, dan Status Global

Di balik aksi militer ini, terdapat imbal balik strategis yang sangat menguntungkan bagi Pyongyang. Rusia disebut membayar dukungan Korea Utara dengan bahan bakar, makanan, serta akses ke teknologi militer canggih—barang yang sangat sulit diperoleh oleh Korea Utara akibat embargo dan sanksi internasional atas program nuklirnya.

Selain keuntungan materi, Pyongyang juga mendapatkan kenaikan status diplomatik sebagai sekutu penting dari salah satu kekuatan dunia. Kedekatan ini memperkuat posisi tawar Korea Utara di hadapan musuh-musuh lamanya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang. Bahkan, hubungan dengan Cina pun berpotensi ikut menguat, karena aliansi dengan Rusia dianggap strategis oleh Beijing.

3. Rusia Butuh Bantuan, Korea Utara Butuh Legitimasi

Menurut para analis, keputusan Rusia untuk menerima ribuan personel Korea Utara merupakan refleksi dari kesulitan nyata yang dihadapi militer Rusia di Ukraina. Dengan jumlah korban jiwa dan luka yang tinggi, Kremlin ingin menghindari mobilisasi skala besar di kota-kota besar seperti Moskow dan Sankt Peterburg yang dapat memicu gejolak domestik.

Dengan masuknya tentara Korea Utara, Rusia tidak hanya mendapat tenaga militer tambahan, tetapi juga dukungan moral bagi warga Rusia yang lelah dengan perang berkepanjangan. Sementara itu, bagi Pyongyang, kehadiran pasukan mereka di garis depan bisa digunakan sebagai alat propaganda nasionalisme, membangkitkan rasa bangga rakyat terhadap kontribusi global militer mereka.

4. Peran Ganda: Tentara dan Pekerja Infrastruktur

Tak semua personel yang dikirim Korea Utara ke Rusia akan berada di medan tempur. Banyak dari mereka disebut akan bertugas sebagai pekerja pembangunan infrastruktur di wilayah Ukraina yang telah dikuasai Rusia. Ini sesuai dengan keahlian militer Korea Utara dalam pembangunan sipil, khususnya dalam kondisi pasca-konflik.

Eks diplomat dan perwira intelijen Korea Selatan, Ra Jong-yil, menyebut bahwa Pyongyang kemungkinan akan terus mengirim personel bahkan setelah perang usai, untuk membantu membangun kembali wilayah yang hancur. Hal ini memberikan peluang jangka panjang bagi Korea Utara untuk menyematkan pengaruhnya secara lebih permanen di wilayah strategis tersebut.

5. Misi Bertarung demi Kelangsungan Rezim Kim Jong-un

Di balik semua ini, tujuan utama Pyongyang adalah menjamin kelangsungan hidup rezim Kim Jong-un. Dengan memperkuat hubungan dengan Rusia—negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB—Korea Utara berharap dapat memperlemah tekanan internasional dan membuka jalan untuk melonggarkan sanksi.

Aliansi militer ini juga menjadi alat tawar strategis jika suatu saat Korea Utara kembali duduk di meja perundingan internasional. Semakin besar peran Pyongyang dalam mendukung Moskow, semakin besar pula peluang mereka untuk mendapatkan konsesi politik, ekonomi, dan militer yang dibutuhkan untuk bertahan di tengah isolasi global.

Misi Korea Utara di Rusia adalah Investasi Geopolitik

Antusiasme Korea Utara dalam mengirimkan ribuan personel militer ke Rusia bukanlah bentuk solidaritas kosong, melainkan investasi geopolitik yang penuh perhitungan. Mereka melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat aliansi strategis, mendapatkan imbalan ekonomi dan teknologi, serta memperluas pengaruh mereka di luar kawasan Asia Timur.

Langkah ini juga menjadi sinyal bahwa dunia sedang memasuki era baru koalisi lintas kawasan yang lebih cair, di mana negara-negara seperti Korea Utara—yang selama ini dipinggirkan—mulai mencari peran dan panggung dalam konstelasi kekuatan global yang sedang berubah.

Fenomena Terkini






Trending