Mendag Ungkap Alasan Harga Kelapa Naik Tajam: Eksportir Lebih Pilih Pasar Luar Negeri

1. Harga Kelapa Melonjak, Konsumen Kelimpungan
Kuatbaca.com - Harga kelapa bulat di pasar domestik terus merangkak naik hingga menyentuh angka Rp 25.000 per butir, membuat masyarakat dan pelaku usaha kecil kelabakan. Kenaikan ini terjadi hampir dua kali lipat dari harga normal yang sebelumnya berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Kementerian Perdagangan akhirnya buka suara soal penyebab utama lonjakan harga yang cukup mencengangkan ini.
2. Ekspor Jadi Pemicu Utama Lonjakan Harga
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama naiknya harga kelapa di dalam negeri adalah karena meningkatnya permintaan ekspor, khususnya dari Cina. Harga kelapa di pasar luar negeri kini sedang tinggi, sehingga eksportir cenderung memilih menjual produknya ke luar negeri dibandingkan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang membeli dengan harga lebih rendah.
3. Ketimpangan Harga Dorong Kelangkaan Pasokan
Budi menegaskan bahwa pelaku industri lokal tidak mampu bersaing dengan harga yang ditawarkan oleh pasar internasional. "Industri dalam negeri belinya murah, sementara di luar negeri harganya jauh lebih tinggi, jadi eksportir lebih memilih ekspor. Ini yang menyebabkan pasokan di dalam negeri berkurang dan harga melonjak," ujar Budi saat ditemui di Jakarta, Minggu (20/5/2025).
4. Industri Dalam Negeri Kehilangan Akses Bahan Baku
Akibat ketimpangan harga tersebut, pelaku industri lokal mulai kesulitan mendapatkan kelapa sebagai bahan baku. Hal ini berdampak langsung pada sektor pengolahan kelapa seperti produsen santan, minyak kelapa, hingga pelaku UMKM yang mengandalkan kelapa parut sebagai bahan utama produk mereka. Jika kondisi ini berlanjut, bukan tidak mungkin sektor hilir akan terganggu dan mengalami kenaikan biaya produksi.
5. Upaya Pemerintah: Temukan Titik Tengah Eksportir dan Industri
Kemendag telah mengupayakan dialog antara eksportir dan pelaku usaha industri domestik untuk mencari solusi bersama. Namun, hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bisa menjembatani kepentingan kedua belah pihak. Budi menegaskan bahwa pihaknya akan terus mencari jalan tengah agar pasar domestik tidak menjadi korban dari kenaikan harga global.
6. Harga Pasar Tak Lagi Terkendali di Tingkat Konsumen
Di lapangan, pedagang seperti Usin, penjual kelapa di Pasar Rawa Bebek, mengaku bahwa harga kelapa bulat kini menyentuh Rp 25.000 untuk ukuran besar, dan Rp 20.000 untuk ukuran kecil. Kenaikan harga ini dianggap cukup ekstrem dan menyulitkan konsumen, terutama masyarakat menengah ke bawah yang mengandalkan kelapa sebagai kebutuhan harian atau usaha kecil.
7. Usulan Pengendalian Ekspor Muncul, Tapi Belum Diambil
Dalam situasi ini, sempat muncul wacana dari Kementerian Perindustrian untuk menghentikan ekspor kelapa secara sementara guna menstabilkan harga di dalam negeri. Namun, Budi menyatakan bahwa kebijakan seperti ini harus dikaji secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian pada eksportir yang telah menjalin kontrak dagang internasional. Pemerintah tidak ingin mengambil langkah gegabah tanpa musyawarah menyeluruh.
8. Pemerintah Diminta Lebih Proaktif Kendalikan Tata Niaga
Banyak pihak kini mendesak pemerintah untuk segera turun tangan mengatur tata niaga kelapa, agar distribusi dan stok dalam negeri tidak terganggu oleh ketergantungan pada pasar ekspor. Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan antara lain kuota ekspor, insentif untuk penjualan lokal, atau bahkan pembentukan badan pengatur komoditas kelapa agar tidak terjadi spekulasi liar di pasar.
9. Sinergi Antar Kementerian Jadi Kunci Pengendalian Harga
Kenaikan harga kelapa menjadi persoalan lintas sektor yang memerlukan kolaborasi antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perindustrian, serta dukungan dari pelaku usaha dan asosiasi petani kelapa. Tanpa langkah strategis yang terintegrasi, bukan tidak mungkin komoditas lain juga akan mengalami kelangkaan karena skema ekspor yang tidak terkendali.
10. Butuh Solusi Seimbang agar Konsumen dan Eksportir Tak Dirugikan
Lonjakan harga kelapa merupakan dampak nyata dari dinamika pasar global yang tidak dibarengi dengan kebijakan pengendalian dalam negeri. Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan ekspor dan kebutuhan lokal. Dengan pendekatan yang inklusif dan solusi yang menguntungkan semua pihak, diharapkan harga kelapa bisa kembali stabil tanpa mematikan peluang ekspor yang menguntungkan bagi negara.