Menaker Panggil Perusahaan Ojol Terkait Bonus Hari Raya Rp 50 Ribu

Kuatbaca.com-Polemik mengenai besaran Bonus Hari Raya (BHR) yang diberikan perusahaan ojek online kepada mitra pengemudinya terus menjadi perbincangan hangat. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli berencana memanggil perusahaan aplikator seperti Gojek dan Grab untuk meminta klarifikasi terkait kebijakan ini.
Keputusan ini muncul setelah banyak keluhan dari para driver ojol yang menganggap nominal bonus yang mereka terima tidak manusiawi. Beberapa mitra bahkan hanya mendapatkan Rp 50 ribu, angka yang dinilai jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan menjelang Lebaran.
1. Klarifikasi dari Menaker Soal BHR Ojol
Menaker Yassierli menegaskan bahwa pihaknya akan segera memanggil perwakilan perusahaan ojek online untuk membahas mekanisme pemberian bonus hari raya. Meski belum ada kepastian mengenai tanggal pertemuan, Menaker berharap diskusi ini bisa berlangsung sebelum Lebaran agar ada solusi yang lebih adil bagi para mitra pengemudi.
Menurutnya, dalam Surat Edaran Kemenaker, BHR diberikan kepada pengemudi yang memiliki kinerja baik dan produktif. Namun, nominal yang diberikan sangat bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 900 ribu, tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Hal inilah yang menjadi sumber polemik, karena banyak driver merasa tidak mendapatkan apresiasi yang layak atas kerja keras mereka.
2. Tantangan dalam Penentuan Kategori Mitra Pengemudi
Salah satu isu utama yang dihadapi adalah bagaimana perusahaan aplikator mengategorikan mitra driver yang berhak menerima BHR dalam jumlah besar. Tidak semua pengemudi mendapatkan bonus yang sama, dan banyak yang merasa sistem penilaian ini tidak transparan.
Beberapa mitra ojol mengeluhkan bahwa sepinya orderan akibat skema prioritas di aplikasi justru menjadi faktor yang membuat mereka sulit mendapatkan BHR dalam jumlah besar. Skema seperti akun prioritas, sistem slot, argo goceng, dan level prioritas membuat sebagian pengemudi mendapatkan lebih banyak order dibandingkan yang lain. Akibatnya, pengemudi yang tidak masuk dalam kategori prioritas justru menerima bonus yang jauh lebih kecil.
3. Protes dari Komunitas dan Asosiasi Ojol
Reaksi keras datang dari berbagai asosiasi driver ojol, yang menilai BHR Rp 50 ribu sangat tidak manusiawi. Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, bahkan menyebut kebijakan ini sebagai bentuk penipuan terhadap para pengemudi ojol. Menurutnya, banyak pengemudi yang sudah bekerja lebih dari lima tahun di satu platform tetap hanya menerima bonus dalam jumlah kecil.
Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) juga menolak kebijakan ini. Ketua Umum SPAI, Lily Pujiati, menilai skema pemberian bonus ini tidak adil karena pengemudi telah berkontribusi besar dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan aplikator. Ia juga menegaskan bahwa bonus yang diberikan jauh dari ekspektasi yang dijanjikan pemerintah, terutama setelah ada pernyataan dari Presiden terkait apresiasi kepada mitra pengemudi.
4. Harapan dan Solusi ke Depan
Dengan adanya polemik ini, banyak pihak berharap perusahaan aplikator bisa lebih transparan dalam menentukan besaran bonus dan kriteria penerima. Jika pertemuan dengan Menaker benar-benar terjadi, diharapkan ada solusi konkret yang menguntungkan kedua belah pihak.
Sebagai mitra kerja yang menjadi tulang punggung layanan transportasi online, driver ojol tentunya berharap ada sistem yang lebih adil dalam pemberian bonus hari raya. Transparansi, komunikasi yang lebih baik, serta kebijakan yang lebih berpihak kepada pengemudi akan menjadi langkah penting agar ojol tetap menjadi profesi yang menjanjikan bagi banyak orang di Indonesia.
Pemberian Bonus Hari Raya bagi mitra ojol masih menjadi isu kontroversial yang perlu segera diselesaikan. Keputusan Menaker untuk memanggil perusahaan ojol merupakan langkah yang tepat untuk mencari jalan tengah.
Namun, yang paling dibutuhkan adalah solusi jangka panjang yang lebih transparan dan adil bagi para pengemudi. Dengan begitu, hubungan antara perusahaan aplikator dan mitra pengemudi bisa tetap harmonis dan saling menguntungkan di masa depan.