top ads
Home / Umum / Menakar Kegagalan dalam Bisnis: Pelajaran dari Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep

Umum

  • 28

Menakar Kegagalan dalam Bisnis: Pelajaran dari Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep

Menakar Kegagalan dalam Bisnis: Pelajaran dari Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep
  • September 18, 2023

Kuatbaca.com-Pada akhir-akhir ini, bisnis yang dijalankan oleh Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep menjadi sorotan utama di media sosial karena banyak dari bisnis-bisnis tersebut akhirnya harus tutup secara permanen. Sejauh ini, setidaknya ada 4 bisnis kuliner yang dimiliki oleh Kaesang dan 7 bisnis milik Raffi Ahmad yang harus gulung tikar. Kegagalan bisnis mereka menjadi bukti bahwa popularitas dan ketenaran tidak selalu menggaransi kesuksesan dalam dunia bisnis. Bisnis, seperti halnya kehidupan, memiliki pasang surutnya sendiri. Ini adalah pengingat penting bahwa dalam dunia bisnis, faktor-faktor lain selain modal dan popularitas sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang.


Jadi, apa yang mungkin telah salah dalam bisnis Raffi dan Kaesang? Mengapa beberapa dari bisnis tersebut harus berhenti beroperasi?


1. Fokus pada Tren atau FOMO


Salah satu kesalahan umum yang terlihat dalam bisnis artis adalah ketidakstabilan strategi bisnis. Terkadang, mereka hanya mengikuti tren terbaru atau "fear of missing out" (FOMO) yang sedang populer. Mereka terlalu cepat untuk membuka bisnis baru yang sesuai dengan tren saat itu tanpa pertimbangan yang matang. Misalnya, jika makanan atau restoran tertentu sedang tren, artis-artis ini akan segera membuka bisnis yang serupa. Sayangnya, tren bisnis cepat berubah, dan jika bisnis hanya bergantung pada tren, maka bisnis tersebut tidak akan pernah bisa bertahan lama.


Menurut Yuswohady, seorang pakar pemasaran, "Artis ini kebanyakan bisnisnya yang hype seperti yang lagi hype resto apa atau makanan apa. Dulu grepek, sekarang geprek udah nggak begitu populer, ambil yang lain lagi. Nyari terus dari satu bisnis ke bisnis berikutnya. Dari satu hype ke hype berikutnya. Akhirnya, enggak akan pernah sustain."


2. Keterbatasan dalam Kemampuan Manajemen Bisnis


Tidak semua artis memiliki bakat alami dalam bisnis atau keahlian manajemen yang diperlukan untuk mengelola bisnis dengan sukses. Dalam dunia bisnis, memiliki keterampilan dalam manajemen adalah suatu keharusan. Kemampuan mengelola persediaan, akuntansi, pemasaran, dan aspek-aspek bisnis lainnya diperlukan untuk menjaga agar bisnis tetap berjalan dengan baik.


Menurut Yuswohady, "Dia harus punya skill atau kompetensi. Misal punya bisnis resto mulai dari supply chain, pembelian barang, bagaimana menyusun, menu bagaimana marketing, bagaimana treat karyawan biar enggak keluar-keluar ada ilmu, butuh skill."


3. Ketekunan dan Kepuasan dalam Bisnis


Kesuksesan dalam bisnis tidak selalu datang dalam semalam. Dalam beberapa kasus, bisnis memerlukan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh dan mencapai titik impas. Beberapa artis mungkin kurang bersedia untuk menunggu dan bersabar dalam mengembangkan bisnis mereka. Ketekunan dan kemauan untuk terus bekerja keras dalam jangka waktu yang lama merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis.


Menurut Yuswohady, "Kedua, ketekunan. Kadang-kadang dia belum punya skill, tapi dia tekuni terus akhirnya skill terakuisisi gitu. Bisnis itu kuncinya ketekunan. Kualitas seorang entrepreneur itu ketekunan dalam waktu yang panjang, bukan cuma tiga bulan, enam bulan, setahun."


4. Fokus pada Kualitas dan Keunikan Produk


Popularitas seorang artis dapat menjadi aset yang berguna dalam menjalankan bisnis, tetapi bukan faktor yang paling penting. Yang terpenting dalam bisnis adalah kualitas produk atau layanan yang ditawarkan kepada pelanggan. Produk yang berkualitas, inovatif, dan yang dapat memuaskan pelanggan merupakan faktor kunci yang akan membuat bisnis tetap berjalan dengan baik.


Menurut Yuswohady, "Jadi, sebenarnya pengaruh dari artis yang brand-nya kuat bukan faktor yang terpenting. Yang terpenting adalah product quality, product innovation, di layanannya. Beli bukan karena melulu artisnya apalagi artisnya sudah lalu. Jadi kuncinya tetap di produk."


Pandangan ini juga diperkuat oleh Hermawan Kartajaya, seorang pakar pemasaran, yang menambahkan bahwa yang paling penting dalam bisnis adalah bagaimana menciptakan keunikan atau diferensiasi yang kuat dari pesaing lainnya. Diferensiasi bisa dalam bentuk cara unik untuk menarik pelanggan atau produk/jasa yang berbeda dari yang ada di pasaran.


Dalam menghadapi kegagalan dalam bisnis, baik Raffi Ahmad maupun Kaesang Pangarep dapat mengambil pelajaran berharga. Bisnis adalah perjalanan yang penuh tantangan, dan kesalahan adalah bagian alami darinya. Yang penting adalah belajar dari kesalahan tersebut dan terus berinovasi.(*)

side ads
side ads