Membludaknya Job Fair Bekasi Bukan Cerminan Sulitnya Cari Kerja, Ini Penjelasan Kemnaker

1. Job Fair Bekasi Diserbu Ribuan Orang, Ricuh Tak Terhindarkan
Kuatbaca.com - Gelaran Job Fair Bekasi Pasti Kerja yang dilaksanakan di salah satu universitas di Cikarang, Kabupaten Bekasi, pada 27 Mei 2025, berubah ricuh akibat membludaknya pencari kerja. Dalam sejumlah video viral di media sosial, terlihat ribuan orang saling dorong, berebut memindai QR code untuk bisa masuk, hingga menaiki mobil pemadam kebakaran di lokasi. Bahkan, akibat kepadatan dan cuaca panas, beberapa peserta dilaporkan pingsan.
Suasana yang awalnya tertib berubah menjadi kericuhan massal, disertai teriakan dan dorongan antar peserta. Panitia acara pun kewalahan mengatur arus masuk, hingga muncul insiden saling lempar dan saling pukul di halaman kampus.
2. Kemnaker: Ini Bukan Bukti Sulitnya Dapat Pekerjaan
Menanggapi kejadian tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melalui Kepala Biro Humas, Sunardi Manampiar Sinaga, menyampaikan bahwa kerumunan besar di job fair bukan berarti mencari kerja di Indonesia makin sulit. Ia menilai kejadian ini lebih menggambarkan tingginya animo masyarakat terhadap kesempatan kerja yang tersedia.
“Kalau dibilang job fair yang di Bekasi membludak bahkan ricuh sebagai potret sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, saya kira kurang tepat,” ujar Sunardi, Rabu (28/5/2025).
Menurutnya, faktor yang memengaruhi tingginya minat masyarakat bisa berasal dari peningkatan lulusan pendidikan, keinginan untuk berpindah pekerjaan, maupun sekadar ingin konsultasi dan mencari peluang kerja sampingan.
3. Angkatan Kerja Bertumbuh, Tapi Kesempatan Kerja Juga Meningkat
Sunardi menambahkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja saat ini tak hanya berasal dari lulusan baru SMA/SMK dan universitas, tapi juga dari para pekerja yang terkena PHK dan ingin bekerja kembali. Ia menegaskan, meskipun ada penurunan lapangan kerja di beberapa sektor, namun sektor lain justru menunjukkan tren positif dalam pembukaan lowongan pekerjaan.
Dengan demikian, keseimbangan antara jumlah pencari kerja dan ketersediaan lapangan kerja masih relatif terjaga.
4. Evaluasi Diperlukan, Tapi Semangat Pencari Kerja Patut Dihargai
Meski Kemnaker menilai fenomena tersebut bukan semata karena ketidaktersediaan kerja, evaluasi terhadap pelaksanaan job fair sangat diperlukan, terutama dari segi pengaturan teknis, kapasitas tempat, dan sistem antrean.
Namun, di sisi lain, Sunardi justru melihat semangat tinggi masyarakat untuk bekerja sebagai sinyal positif bagi ekonomi nasional.
“Animo yang tinggi ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat optimis dan antusias untuk memperoleh pekerjaan. Ini hal yang perlu didukung dan dikelola dengan lebih baik ke depannya,” pungkas Sunardi.
Ricuhnya Job Fair Cermin Optimisme, Bukan Semata Krisis
Meski insiden di Job Fair Bekasi sempat menimbulkan keresahan, Kementerian Ketenagakerjaan menilai hal itu lebih disebabkan oleh manajemen acara yang belum maksimal dibandingkan sebagai indikator krisis ketenagakerjaan. Peningkatan minat kerja, baik dari lulusan baru maupun mereka yang ingin beralih profesi, menunjukkan bahwa semangat produktivitas di kalangan masyarakat masih sangat kuat. Namun demikian, penyelenggara ke depan harus lebih siap dalam mengelola antusiasme tersebut agar tidak berujung pada kericuhan serupa.