top ads
Home / Umum / Mangrove di Papua: Dari Tanaman Penahan Erosi ke Produk Ekonomi

Umum

  • 16

Mangrove di Papua: Dari Tanaman Penahan Erosi ke Produk Ekonomi

Mangrove di Papua: Dari Tanaman Penahan Erosi ke Produk Ekonomi
  • September 17, 2023

Kuatbaca.com - Mangrove, tanaman khas pesisir pantai, selama ini dikenal sebagai garda terdepan dalam melindungi wilayah pantai dari erosi dan gelombang tinggi. Namun, siapa sangka jika tanaman ini juga memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan?


Di Papua, sebuah inovasi menarik muncul dari Kelompok Sadar Wisata Ciberi, salah satu mitra konservasi yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Mereka berhasil mengolah mangrove menjadi berbagai produk yang diminati masyarakat, seperti sirup dan hand sanitizer. 


Petronela Merauje, atau yang akrab disapa Mama Nela, sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata Ciberi, mengungkapkan bahwa transformasi mangrove menjadi produk-produk bernilai ekonomi tersebut merupakan hasil dari program kemitraan konservasi yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua memiliki peran penting dalam memberikan pembinaan kepada kelompok ini, terutama dalam memaksimalkan pemanfaatan mangrove.



Mangrove diolah menjadi berbagai produk inovatif, termasuk sirup, es krim, dan hand sanitizer.


Namun, inovasi tidak berhenti di mangrove. Mama Nela juga mengungkapkan bahwa kelompoknya mendapat bimbingan dalam mengolah sampah. Di kawasan Teluk Youtefa, masalah sampah menjadi sebuah tantangan besar. Berkat dukungan dari BBKSDA, mereka mampu mengolah sampah menjadi berbagai produk kreatif, seperti cendera mata dan buket bunga.


Lebih dari sekadar pemberdayaan ekonomi, BBKSDA juga memegang peranan penting dalam memperkuat hak-hak masyarakat lokal dalam mengelola dan melindungi kawasan konservasi. Mama Nela menekankan betapa pentingnya kemitraan ini bagi masyarakat sekitar dan bagaimana program kemitraan konservasi telah membawa dampak positif bagi komunitas lokal.


Dukungan terhadap "local champion" seperti Mama Nela dan kelompoknya menjadi krusial, sebagaimana yang ditekankan oleh Satyawan Pudyatmoko dari Direktorat Jenderal KSDAE. Dengan memperkuat dan mendukung 'local champion' yang memiliki kompetensi, komitmen, dan semangat juang tinggi, berbagai permasalahan di kawasan konservasi dapat terselesaikan dengan lebih efektif.


Secara keseluruhan, kisah mangrove di Papua menjadi bukti bahwa alam, jika dikelola dengan bijak, dapat memberikan manfaat ekonomi tanpa mengabaikan aspek konservasi. Sebuah harmoni antara pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat yang patut diapresiasi.

(*)

side ads
side ads