Mainan Labubu Pop Mart: Kesuksesan Wang Ning dan Fenomena Boneka yang Mendunia

Kuatbaca.com-Pendiri Pop Mart International Group, Wang Ning, berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu orang terkaya di China. Kesuksesan ini tidak terlepas dari booming boneka Labubu yang kini menjadi fenomena global dan laris di berbagai negara, mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.
Wang Ning, yang berusia 38 tahun, kini menempati posisi ke-10 dalam daftar miliarder terkaya di China berdasarkan pemantauan real-time Forbes. Dengan kekayaan bersih mencapai sekitar US$ 22,7 miliar, ia menjadi sosok termuda di antara para taipan besar negeri Tirai Bambu. Keberhasilannya menyaingi tokoh-tokoh ternama seperti pendiri ByteDance, Zhang Yiming, dan salah satu pendiri Tencent, Ma Huateng.
Saham Pop Mart yang terdaftar di Bursa Hong Kong menunjukkan kenaikan luar biasa, mencapai tiga kali lipat nilainya dalam waktu singkat. Pada 2025 ini, harga saham perusahaan tersebut telah menembus angka lebih dari HK$ 270 atau sekitar US$ 34,4 per lembar saham.
1. Popularitas Labubu, Boneka Unik yang Mendunia dan Jadi Koleksi Selebriti
Labubu, boneka khas produksi Pop Mart, didesain oleh seniman Hong Kong, Kasing Lung. Karakter boneka ini berbentuk kelinci dengan ciri khas telinga runcing, gigi bergerigi, serta ekspresi wajah yang nakal dan menggemaskan. Keunikan itulah yang membuat Labubu menjadi koleksi favorit banyak selebriti dunia seperti Rihanna, Dua Lipa, dan Lisa dari Blackpink.
Fenomena Labubu tidak hanya terjadi di toko-toko mainan, tetapi juga memicu keramaian dan antusiasme luar biasa dari para penggemar. Contohnya, pada peluncuran edisi ketiga boneka ini di London, terjadi kericuhan yang membuat heboh toko penjual. Harga boneka di pasar tersebut bahkan bisa mencapai £50 per unit, jauh di atas harga resmi yang hanya sekitar £13,50.
Di China sendiri, popularitas Labubu mencapai puncaknya saat sebuah boneka ukuran manusia dilelang dengan harga fantastis mencapai 1,08 juta yuan atau sekitar US$ 150.000. Bahkan, beberapa institusi keuangan sempat menggunakan boneka ini sebagai insentif menarik pelanggan, meskipun hal tersebut sempat mendapat peringatan dari regulator.
2. Daya Tarik Global Pop Mart dan Prospek Saham yang Menjanjikan
Permintaan yang terus meningkat terhadap produk Pop Mart, terutama Labubu, membuat sejumlah bank investasi besar menaikkan target harga saham perusahaan ini. Deutsche Bank, misalnya, menaikkan target harga saham Pop Mart hingga 52% menjadi HK$ 303, berkat momentum pertumbuhan yang kuat di pasar internasional.
Analis dari Deutsche Bank menilai keberhasilan Pop Mart sebagai hal yang jarang terjadi. Mereka menyoroti bagaimana kekayaan intelektual (IP) komik dan mainan berhasil menembus batas budaya, bahkan diterima di kalangan selebritas dan olahraga di negara-negara Barat. Hal ini menunjukkan potensi besar dan daya tarik global yang dimiliki oleh produk-produk Pop Mart.
Namun, di tengah euforia tersebut, para analis juga mengingatkan adanya risiko bisnis jangka panjang. Mereka menilai daya tarik konsumen bisa berubah seiring waktu, dan produk pesaing dapat merebut perhatian pasar. Oleh karena itu, kesinambungan pertumbuhan perusahaan sangat bergantung pada inovasi produk dan kemampuan desainernya.
3. Tantangan dan Prospek Jangka Panjang Pop Mart di Pasar Mainan Global
Beberapa analis memperkirakan bahwa meskipun Pop Mart menunjukkan pertumbuhan pesat, penilaian sahamnya saat ini terbilang mahal jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Saham perusahaan tersebut diperdagangkan dengan rasio harga terhadap pendapatan lebih dari 50 kali untuk tahun 2025, sebuah angka yang cukup tinggi di industri sejenis.
Pertumbuhan penjualan yang kuat tercermin dalam laporan kuartal pertama 2025, di mana Pop Mart mencatatkan kenaikan penjualan hingga 170% dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan juga memperkirakan penjualan tahunan dapat tumbuh lebih dari 50% hingga mencapai lebih dari 20 miliar yuan di tahun ini.
Dengan pendapatan yang terus meningkat, serta laba bersih yang melonjak tajam, Pop Mart berpotensi menjadi pemain besar dalam industri mainan koleksi global. Namun, untuk menjaga eksistensinya, perusahaan harus mampu terus menghadirkan inovasi dan mengelola risiko kompetisi yang semakin ketat.