Lukisan Mendiang Orang Tua Jadi Simbol Haru di Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier

Kuatbaca.com - Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier yang digelar di Bali pada 7 Mei 2025 tak hanya mencuri perhatian publik karena pesonanya, tetapi juga karena elemen-elemen emosional yang menyentuh hati. Salah satu yang paling menyentuh adalah kehadiran kain khusus bergambar mendiang orang tua dari kedua mempelai. Kain tersebut menjadi simbol kuat akan cinta dan penghormatan kepada orang-orang terkasih yang telah tiada, namun tetap hadir secara spiritual di hari bahagia tersebut.
1. Lukisan Penuh Cinta di Kain Tradisional
Lukisan yang menghiasi kain tersebut merupakan hasil karya seniman sekaligus aktris ternama, Asri Welas. Ia menggambarkan wajah mendiang ayah Luna Maya dan mendiang ibu Maxime Bouttier pada kain yang diberi nama Denyut Semesta. Kain ini bukan kain biasa, melainkan hasil proses panjang yang sangat sakral. Menurut Asri, kain tersebut ditenun dari kapas oleh sekitar 1.000 pengrajin dan diwarnai menggunakan pewarna alami dari 11 suku Dayak di Kalimantan. Proses pembuatannya juga melibatkan teknik batik khas, seperti teknik Ba dan Tik, yang memiliki makna filosofis tersendiri.
2. Permintaan Khusus dari Luna dan Maxime
Baik Luna maupun Maxime secara pribadi mengajukan permintaan agar sosok orang tua mereka yang telah wafat bisa hadir dalam bentuk karya seni di pernikahan mereka. Luna menginginkan agar mendiang ayahnya, yang semasa hidup sangat dekat dengannya, bisa tetap "menyaksikan" hari penting tersebut. Sementara Maxime membawa foto masa kecilnya bersama sang ibu dan meminta agar gambar itu juga dijadikan lukisan pada kain yang akan mereka kenakan sebelum prosesi akad nikah.
"Asri, boleh gak foto papa aku dibatik di kain Denyut Semesta? Aku ingin beliau hadir di hari aku menikah," begitu kira-kira harapan Luna yang diceritakan oleh Asri Welas. Maxime juga berkata hal serupa, "Aku pengin mama tahu kalau aku sudah menikah, walau beliau sudah gak ada."
3. Prosesi Melukat dan Makna Spiritualitas
Kain bergambar mendiang orang tua itu dikenakan saat Luna dan Maxime menjalani prosesi melukat, yakni ritual penyucian diri yang kerap dilakukan sebelum acara sakral dalam budaya Bali. Keduanya menjalani prosesi tersebut sebelum mengucap akad nikah, mengenakan kain penuh makna tersebut. Bagi mereka, ini bukan hanya simbol kenangan, tapi juga jembatan spiritual yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, antara dunia fana dengan alam baka.
Asri Welas mengungkapkan bahwa momen ketika pasangan itu melihat lukisan orang tua mereka adalah momen yang penuh haru. “Mereka bahagia, karena lewat gambar itu, mereka bisa menyampaikan rindu yang mendalam,” ujar Asri dengan penuh emosi.
4. Harapan dan Doa di Setiap Untaian Kain
Kain yang digunakan dalam pernikahan ini juga mengandung banyak harapan. Asri menyebutkan bahwa motif dan warna yang dituangkan di dalamnya bukan hanya estetika, tetapi juga doa. Kain seperti Sidomukti dan Sidolumut yang dipakai membawa harapan tentang naik derajat, rejeki yang berkah, cinta kasih, dan keturunan yang baik. Semua itu dirangkai dalam bentuk visual untuk mendoakan kehidupan rumah tangga Luna dan Maxime.
Sebagai figur publik yang berkecimpung di dunia kreatif, pasangan ini juga diharapkan terus menginspirasi dengan karya-karya mereka. “Semoga kreativitas mereka tidak pernah padam dan rumah tangga ini jadi tempat lahirnya kebahagiaan serta keberkahan,” tutup Asri.