1. Bukan Mundur, LG Justru Diminta Keluar oleh Pemerintah RI
Kuatbaca.com - Pemerintah akhirnya mengonfirmasi bahwa perusahaan Korea Selatan, LG, bukan secara sukarela mundur dari proyek baterai kendaraan listrik (EV Battery) senilai Rp 164 triliun, melainkan dikeluarkan secara resmi. Permintaan keluar itu dilakukan melalui surat dari Kementerian ESDM tertanggal 31 Januari 2025. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, dalam pernyataan di Istana Negara.
2. Penyebab Utama: Negosiasi Terlalu Lama, Realisasi Tak Kunjung Jalan
Menurut Rosan, proyek yang seharusnya sudah berjalan sejak penandatanganan awal pada 2020, tidak menunjukkan progres berarti hingga 2025. Artinya, selama 5 tahun, LG tidak juga merealisasikan investasinya. Pemerintah menilai keterlambatan ini sebagai hambatan serius dalam merealisasikan ekosistem baterai kendaraan listrik nasional.
3. Pemerintah Ambil Langkah Tegas, Proyek Harus Cepat Direalisasikan
Kebijakan ini mencerminkan pendekatan baru pemerintah dalam mendorong percepatan investasi strategis. Rosan menyebut bahwa pemerintah tidak bisa terus menunggu perusahaan yang terlalu lama dalam negosiasi, sementara peluang dan kebutuhan pengembangan baterai EV terus meningkat. Maka, Surat Permintaan Keluar dari Proyek dikirim ke LG Chem dan LG Energy Solution sebagai bentuk ketegasan.
4. Huayou dari China Siap Gantikan LG
Dalam waktu yang hampir bersamaan, perusahaan asal China, Huayou, menunjukkan minat kuat untuk masuk ke proyek ini. Sejak akhir 2024, Huayou sudah melakukan pendekatan dan menyampaikan kesiapan untuk menjadi mitra strategis baru pemerintah Indonesia dalam proyek EV Battery senilai US$ 9,8 miliar tersebut.
5. Alasan Pemilihan Huayou: Cepat, Siap, dan Sudah Berpengalaman di Indonesia
Keputusan memilih Huayou bukan tanpa pertimbangan. Perusahaan ini sudah memiliki investasi di Indonesia, khususnya dalam industri pengolahan nikel, yang merupakan bahan baku utama baterai EV. Selain itu, Huayou dianggap lebih siap dari sisi teknis, komitmen investasi, serta keselarasan dengan visi hilirisasi mineral pemerintah.
6. Proyek Strategis Butuh Mitra Responsif dan Visioner
Langkah mengganti LG dengan Huayou menegaskan bahwa pemerintah tidak segan mengevaluasi mitra strategis, terlebih untuk proyek nasional yang memerlukan kecepatan dan ketepatan. Proyek baterai EV ini merupakan bagian penting dari visi transisi energi bersih, serta upaya menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai kendaraan listrik dunia.
7. Langkah Selanjutnya: Huayou Pimpin Konsorsium Proyek EV Battery
Dengan keluarnya LG, posisi pemimpin konsorsium akan dipegang oleh Huayou. Ini menandakan peralihan kendali penuh kepada pihak yang lebih siap eksekusi. Pemerintah berharap bahwa proyek ini dapat segera masuk ke tahap pembangunan dan memberi kontribusi terhadap industrialisasi serta penciptaan lapangan kerja.
Ketegasan Pemerintah Jadi Sinyal Penting bagi Dunia Usaha
Keputusan mendepak LG dan menunjuk Huayou menunjukkan bahwa pemerintah tidak akan mentolerir lambannya pelaksanaan investasi, bahkan dari mitra sekaliber LG. Indonesia kini mengutamakan kemitraan yang solutif dan strategis, demi mewujudkan ekosistem industri baterai nasional yang kuat dan berkelanjutan.