Kontroversi Stairlift di Candi Borobudur: Respon Menteri Kebudayaan Fadli Zon

Kuatbaca.com - Pemasangan stairlift di Candi Borobudur tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat dan dunia arkeologi. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, memberikan jawaban tegas terkait kontroversi tersebut. Ia menegaskan bahwa pemasangan stairlift ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas tanpa merusak keaslian situs warisan dunia tersebut. Menurut Fadli, pemasangan alat bantu ini justru sudah lazim di berbagai situs cagar budaya dunia, sehingga tidak ada alasan untuk menolak upaya serupa di Borobudur.
1. Stairlift untuk Inklusivitas, Bukan Perusakan
Fadli Zon menjelaskan bahwa stairlift yang dipasang bersifat portabel dan tidak menimbulkan kerusakan pada struktur batu Candi Borobudur. Ia menekankan bahwa tidak ada satu pun mur atau baut yang merusak batuan candi. Tujuan utama dari pemasangan alat ini adalah memberikan kemudahan akses bagi pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik, termasuk orang tua dan penyandang disabilitas. "Ini soal inklusivitas. Semua cagar budaya dunia sudah ada alat seperti ini," kata Fadli Zon.
2. Kritik dari DPR dan Ahli Arkeologi
Meski demikian, wacana permanen pemasangan stairlift ini mendapat tanggapan beragam dari kalangan DPR dan para ahli konservasi. Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, menekankan pentingnya kajian teknis dan arkeologis yang mendalam sebelum pengambilan keputusan. Ia mengingatkan bahwa pemasangan alat mekanik berisiko mengganggu keaslian struktur dan estetika Borobudur yang sudah terjaga selama berabad-abad.
Lalu menegaskan, “Harus ada keterlibatan UNESCO dan para ahli konservasi dalam setiap tahap pengambilan keputusan.” Senada dengan itu, Wakil Ketua Komisi X DPR dari Fraksi PDIP, My Esti Wijayati, juga mengingatkan perlunya pertimbangan matang terhadap regulasi cagar budaya dan dampak jangka panjang pada struktur bangunan yang setiap tahun mengalami penurunan secara alami.
3. Kekhawatiran Dampak Jangka Panjang pada Borobudur
My Esti Wijayati menjelaskan bahwa Borobudur secara alami mengalami penurunan beberapa milimeter setiap tahunnya. Oleh karena itu, penambahan beban dari pemasangan stairlift permanen berpotensi memperparah kondisi fisik candi. Menurutnya, penggunaan alat bantu tersebut hanya sebaiknya bersifat sementara dan difokuskan pada kegiatan khusus seperti kunjungan tamu negara, kemudian harus segera dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, Esti mengingatkan bahwa Borobudur bukan sekadar destinasi wisata, melainkan situs spiritual dan tempat ibadah umat Buddha yang harus dijaga dengan prioritas utama. Oleh karena itu, segala kebijakan pengelolaan harus mempertimbangkan fungsi religius ini.
4. Fadli Zon Ajak Pelajari Contoh Negara Lain
Menanggapi kritik tersebut, Fadli Zon mengajak masyarakat dan para pengkritik untuk melihat langsung contoh penerapan stairlift di situs warisan dunia lain seperti Angkor Wat dan Akropolis. Ia menyebutkan bahwa penggunaan alat bantu akses seperti ini sudah umum dan tidak menimbulkan kerusakan berarti. Fadli juga menilai kontroversi ini berlebihan karena hal yang sama sudah dilakukan di banyak negara lain.
“Kalau kita datang ke situs heritage dunia, sudah ada di mana-mana. Kita ini justru terlambat,” ujar Fadli. Ia menegaskan kembali bahwa penggunaan stairlift hanya untuk meningkatkan aksesibilitas bagi kelompok yang membutuhkan dan tidak akan mengubah struktur asli candi.
Dengan adanya dialog terbuka antara pemerintah, DPR, dan para ahli konservasi, diharapkan keputusan terkait pemasangan stairlift di Candi Borobudur bisa diambil secara matang dan berimbang. Keseimbangan antara pelestarian warisan budaya dan aksesibilitas publik harus menjadi prioritas utama agar Borobudur tetap terjaga keasliannya sekaligus bisa dinikmati oleh semua kalangan.