Kondisi JPO Tipar Cakung Rusak Parah, Warga Terpaksa Uji Nyali Setiap Hari

26 April 2025 08:16 WIB
penampakan-jpo-rusak-tanpa-pagar-di-cakung-1745584880803_169.jpeg

Kuatbaca.com - Kondisi jembatan penyeberangan orang (JPO) di kawasan Tipar Cakung, Jakarta Timur, kembali menjadi sorotan publik. Jembatan yang terletak di Jalan Raya Bekasi ini disebut warga sudah lama rusak tanpa ada penanganan berarti dari pihak terkait. Kerusakan mencolok tampak pada bagian pagar pengaman yang copot, besi-besi penyangga yang keropos, serta atap yang telah hilang, menjadikan JPO ini tidak hanya tak nyaman digunakan, tetapi juga sangat berbahaya, terutama pada malam hari.

Jembatan ini sempat viral di media sosial karena foto-fotonya yang memperlihatkan kondisi memprihatinkan. Ketidakhadiran penerangan pada malam hari membuat warga merasa waswas setiap kali melintas. Tidak sedikit yang menyebut pengalaman melewati JPO tersebut serasa “uji nyali” karena takut terpeleset atau jatuh akibat struktur yang tidak stabil.


1. Warga Mengaku Cemas, Tapi Tak Punya Pilihan Lain

Meski JPO dalam kondisi rusak berat, sebagian besar warga masih memanfaatkannya karena tidak adanya alternatif lain untuk menyeberang jalan. Adi (48), seorang pedagang yang setiap hari berjualan di sekitar lokasi, menyatakan bahwa sejak ia mulai berdagang tiga bulan lalu, kondisi JPO memang sudah rusak. Ia tidak pernah melihat ada tanda-tanda perbaikan dari pemerintah setempat.

"Iya ini udah lama banget, setahu saya sejak saya jualan di sini belum pernah ada perbaikan. Tapi tetap ramai dilewati warga, terutama pas jam berangkat dan pulang kerja," tutur Adi kepada wartawan.

Hal senada diungkapkan Randy (43), warga Cakung yang rutin melintas di JPO tersebut. Ia mengatakan jembatan ini sudah tidak layak digunakan, terlebih pagar pengaman yang hilang membuat siapa pun yang melewati harus ekstra hati-hati. “Kalau lihat ke bawah itu malah bikin pusing, apalagi kalau bawa anak,” ujarnya.

2. Setelah Viral, JPO Akhirnya Ditutup

Usai kondisi JPO menjadi perbincangan hangat di media sosial, akhirnya pihak Suku Dinas Bina Marga Jakarta Timur menutup akses jembatan tersebut. Garis pembatas kuning-hitam dipasang di ujung-ujung JPO sebagai tanda larangan melintas. Namun, penutupan ini tidak serta-merta menyelesaikan masalah. Pasalnya, warga tetap terpaksa menyeberang melalui bawah JPO dengan risiko tinggi karena padatnya lalu lintas di kawasan tersebut.

Sri (54), warga yang setiap hari berdagang tak jauh dari lokasi, mengaku tetap menyeberang meskipun takut. “Lewat bawah juga ngeri. Pagi-pagi kendaraan kenceng banget. Tapi ya mau gimana, JPO-nya ditutup,” katanya.

3. Menyeberang Lewat Bawah Sama Berbahayanya

Penutupan JPO membuat warga harus menunggu momen jalanan sepi agar bisa menyeberang. Bahkan, beberapa warga harus mengangkat tangan sebagai tanda kepada pengemudi agar memperlambat kendaraan mereka. Jalan Raya Bekasi dikenal sebagai jalur cepat, dan tanpa lampu lalu lintas di lokasi penyeberangan, risiko tertabrak sangat tinggi.

Bara (23), salah satu pengguna jalan, mengaku takut setiap kali menyeberang. “Lewat atas atau bawah sama-sama serem. Di atas takut jembatannya ambruk, di bawah takut disamber motor,” ujarnya. Ia menambahkan, waktu menyeberang pun bisa sangat lama karena harus menunggu kendaraan benar-benar sepi.


4. Butuh Solusi Nyata, Bukan Sekadar Penutupan

Penutupan JPO bukanlah solusi jangka panjang. Warga berharap pemerintah daerah segera melakukan perbaikan menyeluruh agar keselamatan pengguna jalan terjamin. JPO dibangun sebagai fasilitas publik untuk mempermudah dan melindungi pejalan kaki, bukan justru menjadi sumber ketakutan.

Apabila dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin akan terjadi kecelakaan yang bisa menimbulkan korban jiwa. Kondisi seperti ini mencerminkan urgensi perbaikan infrastruktur yang selama ini kurang mendapat perhatian, padahal menyangkut keselamatan ribuan pengguna setiap harinya.

Fenomena Terkini






Trending