Kondisi JPO Tipar Cakung Membahayakan Pejalan Kaki, Warga Ibaratkan Seperti Uji Nyali

Kuatbaca.com - Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Tipar Cakung yang terletak di Jalan Raya Bekasi, Jakarta Timur, saat ini menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial karena kondisinya yang sangat memprihatinkan. Bangunan yang seharusnya menjadi solusi aman bagi pejalan kaki untuk menyeberang, justru berubah menjadi tempat yang menyeramkan dan membahayakan. Tidak hanya rusak, JPO ini bahkan sudah tidak dilengkapi pagar pengaman di sisi kanan dan kirinya.
Kondisinya yang kotor, berkarat, hingga atap yang telah lepas memperparah ketidaknyamanan warga yang masih nekat melintasinya. Banyak bagian struktur terlihat keropos, memunculkan risiko tinggi terhadap keselamatan. Jembatan ini seolah menjadi “uji nyali” bagi siapa pun yang berani menyeberang, terutama di malam hari karena gelap tanpa penerangan.
1. Warga Terpaksa Lewat Meski Tak Aman
Meski dalam kondisi rusak, masih banyak warga yang terpaksa menggunakan JPO ini karena kondisi lalu lintas di jalan utama sangat padat dan berbahaya untuk dilintasi secara langsung. Salah satunya, Adi (48), pedagang yang sehari-hari berjualan di sekitar JPO tersebut. Ia mengatakan jembatan sudah rusak sejak dirinya mulai berjualan tiga bulan lalu dan belum pernah diperbaiki.
“Setiap pagi dan sore ramai orang kantor lewat sini, ya walaupun rusak tetap aja dipakai. Gak ada pilihan lain. Setahu saya belum ada yang sampai jatuh, tapi ngeri juga lihatnya,” ucap Adi.
Hal senada disampaikan oleh Randy (43), warga Cakung, yang menilai bahwa JPO itu sudah tidak layak digunakan dan bisa mencelakai pengguna sewaktu-waktu. Ia mengaku merasa pusing dan cemas saat melewati jembatan karena tak ada pagar dan harus melihat langsung ke bawah yang padat oleh kendaraan melaju kencang.
2. Setelah Viral, JPO Ditutup Sementara oleh Petugas
Viralnya kondisi JPO yang membahayakan ini akhirnya memicu reaksi cepat dari pemerintah setempat. Petugas dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Timur turun tangan dan menutup akses JPO dengan garis pembatas kuning-hitam. Penutupan dilakukan untuk mencegah potensi kecelakaan yang lebih parah.
Namun penutupan ini ternyata bukan solusi ideal bagi warga. Pasalnya, dengan JPO tak lagi bisa digunakan, mereka kini terpaksa menyeberang lewat bawah. Jalanan yang lebar dengan arus lalu lintas padat dan kendaraan melaju kencang membuat aktivitas menyeberang menjadi sangat berisiko. Banyak pejalan kaki terpaksa menunggu cukup lama sampai jalanan benar-benar sepi agar bisa melintas.
3. Warga Mengaku Lebih Takut Menyeberang Lewat Jalan Langsung
Sri (54), warga sekitar yang sehari-hari berjualan di dekat lokasi JPO, mengungkapkan dilema yang ia hadapi. Ia lebih memilih tetap lewat JPO meskipun rusak karena lebih takut dengan kendaraan yang melaju kencang di jalan bawah. “Kalau pagi-pagi motor-motor itu ngebut semua, takut banget nyeberang lewat bawah,” ujarnya sambil menunjukkan lokasi yang biasa ia lintasi.
Bara (23), warga lainnya, juga menyampaikan keresahan serupa. Baginya, baik melewati JPO rusak atau menyebrang lewat bawah sama-sama menakutkan. “Sama aja dua-duanya serem. Kadang motor muncul dari jauh, kita udah di tengah jalan, deg-degan banget,” tuturnya.
4. JPO Tak Layak Adalah Cermin Masalah Infrastruktur Perkotaan
Kondisi JPO Tipar Cakung hanyalah satu dari banyak kasus infrastruktur publik yang terbengkalai di ibu kota. Minimnya perawatan dan lambatnya respons atas laporan warga menjadi cermin nyata bagaimana fasilitas publik sering kali diabaikan. Padahal, keberadaan JPO sangat vital terutama di jalan-jalan besar dengan arus lalu lintas tinggi.
Jembatan semestinya menjadi zona aman bagi masyarakat, bukan sumber bahaya. Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu segera melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh JPO di wilayah Jakarta Timur, termasuk perencanaan rehabilitasi yang nyata, bukan hanya penutupan sementara.