Kombes Asep Irpan Rosadi: Setia Mengabdi di Binmas dengan Filosofi "Cukup Secangkir"

Kuatbaca.com - Dalam dunia kepolisian yang kerap diidentikkan dengan ketegasan dan penegakan hukum, sosok Kombes Pol. Asep Irpan Rosadi tampil berbeda. Sejak lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1999, Asep telah menetapkan pilihan hatinya untuk mengabdi di Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas). Ia percaya bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang ideal hanya bisa terwujud melalui pendekatan pencegahan dan pemberdayaan warga secara langsung. Bukan tanpa alasan, filosofi “cukup secangkir” yang ia pegang menjadi cerminan hidup sederhana dan penuh dedikasi yang tidak bergantung pada jabatan maupun materi.
1. Semangat Pengabdian dari Hulu: Cegah Sebelum Tangkap
Kombes Asep pernah memulai kariernya di bagian reserse. Namun, dalam benaknya muncul satu pertanyaan mendasar: “Mengapa polisi hanya menangkap pelaku kejahatan? Mengapa tidak mencegahnya sejak awal?” Pertanyaan itulah yang kemudian mendorongnya untuk mengambil jalan yang berbeda. Ia merasa lebih terpanggil untuk berada di "hulu", tempat segala permasalahan sosial bermula.
“Saya lebih memilih berada di garda pencegahan ketimbang hanya menyelesaikan akibat,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. Langkah ini dianggapnya idealis, bahkan sempat ditanggapi skeptis oleh para seniornya. Meski demikian, tekadnya tidak tergoyahkan.
2. Membumikan Polisi di Desa dan Lingkungan Kecil
Selama bertugas sebagai Kapolsek hingga menjabat sebagai Kasat Intel, Asep semakin menyadari pentingnya kehadiran polisi di tingkat paling bawah, yaitu desa. Informasi dan tindakan kepolisian harus mampu menjangkau hingga ke pelosok, bukan hanya berpusat di kota besar. Sejak tahun 2008, Asep fokus memperkuat peran Bhabinkamtibmas—polisi yang bertugas langsung di tengah masyarakat. Ia mendorong pembentukan desa-desa yang taat hukum dan berdaya. Ia yakin, pembinaan masyarakat adalah pondasi utama bagi terciptanya lingkungan yang aman dan damai.
3. Membangun Kepercayaan Warga Lewat Aksi Nyata
Saat berdinas di Polda Sulawesi Tenggara, Asep turun langsung ke kelurahan-kelurahan di Kota Kendari. Ia melepas seragam, memakai jaket biasa, dan menyusuri kampung-kampung. Tujuannya sederhana namun bermakna: membangun sistem keamanan lingkungan (siskamling), membentuk forum komunikasi warga, dan menghadirkan polisi sebagai sahabat masyarakat. Pengalaman unik muncul saat warga baru mengetahui pangkatnya sebagai Komisaris Polisi setelah sekian lama berinteraksi. "Saya belajar bahwa masyarakat tidak peduli pangkat kita, mereka peduli pada apa yang kita lakukan untuk mereka," jelas Asep.
4. Filosofi Hidup Sederhana: "Cukup Secangkir"
Mengabdi di Binmas memang tidak selalu menjanjikan jabatan strategis atau materi melimpah. Namun, bagi Asep, prinsip hidup sederhana menjadi kekuatan tersendiri. Ia mengajarkan anak dan istrinya untuk tidak iri pada kehidupan keluarga polisi lain. Ia menganalogikan rezeki seperti air minum. "Kalau kita terbiasa minum satu cangkir, saat diberi sebotol air, itu sudah lebih dari cukup. Tapi kalau terbiasa minum satu galon, kita akan terus merasa kekurangan," ujarnya penuh makna. Filosofi ini membentuk cara pandangnya tentang pengabdian—bukan soal untung atau rugi, tetapi tentang keberkahan.
5. Hadiah Tak Terduga: Beasiswa S2 ke Jepang
Tuhan membalas pengabdian tulus dengan cara yang tak terduga. Di tengah keterbatasan finansial, Asep mendapat beasiswa penuh untuk melanjutkan studi S2 ke Jepang pada tahun 2011. Ia pun membawa serta istri dan anak-anaknya, memboyong keluarganya untuk merasakan hidup dalam budaya disiplin negeri Sakura. Di sana, ia tidak hanya menimba ilmu, tetapi juga memperkaya nilai-nilai keluarga melalui pengalaman hidup yang luar biasa. “Allah memberi saya bukan dalam bentuk rupiah, tapi Yen. Itu bukti bahwa rezeki datang dari mana saja asal kita ikhlas,” katanya.
Kombes Asep berharap akan lebih banyak perwira lulusan Akpol yang terjun ke bidang Binmas. Menurutnya, Binmas adalah fungsi paling fundamental dalam institusi Polri yang tak kalah penting dari reserse atau lalu lintas. “Kalau tidak ada lulusan Akpol di Binmas, siapa yang akan membangun sistem pencegahan di masyarakat?” tegasnya. Ia ingin membuktikan bahwa Binmas bukan tempat bagi mereka yang ‘nomor sekian’, tetapi justru tempat bagi mereka yang terbaik, yang siap berkontribusi untuk Indonesia dari level terbawah sekalipun.