Kuatbaca.com-Dalam upaya penanganan konflik tenurial dan penyejahteraan masyarakat, Direktorat Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko menyampaikan pihaknya tengah melakukan program kemitraan konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Program tersebut ditujukan untuk keberlangsungan hidup masyarakat dan kawasan konservasi menjadi saling menguntungkan satu sama lain.
"Kemitraan konservasi ini memang jadi suatu hal yang penting, karena untuk menyelesaikan konflik, terutama konflik tenurial yang sudah bertahun-tahun mungkin tidak terselesaikan. Maka dengan adanya kemitraan konservasi ini konflik-konflik bisa diatasi baik nanti dengan pemulihan ekosistem, atau dengan program-program pemulihan dengan memberikan legalitas akses kepada masyarakat di kawasan konflik
tersebut," ujarnya dalam kegiatan talkshow Festival LIKE di Indonesia Arena, Jakarta, Minggu (17/9/2023).
Selain kemitraan konservasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Dirjen KSDAE juga tengah melakukan program pemberdayaan masyarakat.
1. Program tersebut diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kompetensi masyarakat itu sendiri.
"Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan utama untuk peningkatan kesejahteraan dan kemandirian melalui peningkatan pengetahuan, melalui peningkatan sikap, keterampilan, kemampuan, dan kesadaran.
Yang tentu adalah dengan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan pendampingan sesuai dengan esensi, masalah, dan kebutuhan masyarakat. Jadi sangat bersifat lokal spesifik tergantung pada problem-problem setempat dan pendekatannya tentu bisa sangat unik, tergantung pada konteks sosial dan ekonomi yang ada pada lokasi tersebut," kata Satyawan.
Lebih lanjut mengenai kemitraan konservasi, ia menerangkan Indonesia memiliki 546 unit kawasan konservasi dengan total luas sekitar 27 juta hektare yang tersebar di berbagai penjuru daerah. Diantara kawasan-kawasan tersebut, terdapat banyak desa yang mengelilingi kawasan-kawasan konservasi. Tepatnya ada 7.043 desa dengan penghuni sebanyak 9,5 juta jiwa.
Satyawan menyampaikan bila pihaknya dapat merangkul masyarakat di sekitar kawasan konservasi, maka akan tercipta interaksi yang saling menguntungkan antara masyarakat dan kawasan konservasi tersebut.
"Jadi kalau kita berhasil, memberdayakan masyarakat 9,5 juta semua, saya kira suatu kontribusi yang sangat besar bagi konservasi keanekaragaman hayati dan juga kesejahteraan masyarakat. Tentu saja masyarakat yang jumlahnya 9,5 juta tadi menjadi tenaga terdekat yang berpengaruh untuk pengelolaan kawasan konservasi, sekaligus juga dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang kita ambil. Artinya, ada interaksi yang saling sifatnya timbal balik. Nah, ini yang harus dikelola, harus di-manage, agar interaksi ini bersifat saling menguntungkan," ujarnya.
Mengenai hal tersebut, ia menyayangkan masih ada sebagian masyarakat melakukan kegiatan yang tidak kompatibel dengan kawasan konservasi.
"Misalnya dengan membuka mangrove, ini kan problem, problem besar bagi kami tapi juga bagi masyarakat ingin memanfaatkan ekosistem mangrove, misalnya mencari kepiting, mencari ikan, mencari kerang, memanfaatkan buah mangrove untuk sirup, untuk tepung, dan lain sebagainya. Nah, problem-problem semacam ini, tentu harus diselesaikan dengan upaya-upaya yang pertama persuasif, jangan melakukan perusakan hutan, jangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai," tuturnya.
Satyawan menyebutkan tujuan akhir program tersebut adalah terbentuknya interaksi mutualisme antara masyarakat dan kawasan konservasi. Masyarakat tidak lagi merusak kawasan konservasi, begitupun kawasan konservasi yang tidak lagi hanya melakukan pelarangan kepada masyarakat.
"Nanti, interaksi antara masyarakat dan kawasan itu lebih didominasi oleh interaksi yang sifatnya saling menguntungkan. Tidak ada lagi misalnya masyarakat merusak, atau sebaliknya kawasan konservasi hanya melakukan pelarangan-pelarangan saja. Ini harus kita jadikan, tadi disampaikan oleh salah satu narasumber, era konservasi baru adanya mutualisme antara masyarakat dan kawasan," ujarnya.
Lebih lanjut, Satyawan mengungkapkan saat ini terdapat 146 kelompok masyarakat yang telah bermitra sebagai pengelola kawasan konservasi.
"Saat ini sudah terdapat 146 kelompok masyarakat yang terdiri dari 5.145 kepala keluarga yang sebelumnya berstatus sebagai perambak telah menjadi mitra pengelola kawasan dalam kegiatan pemulihan ekosistem di area garapan seluas 10.071 hektar dalam kawasan konservasi."
Sementara jumlah keluarga yang tergabung dalam kelompok pemberdayaan masyarakat, Satyawan mengatakan terdapat lebih dari 13 ribu keluarga. Pihaknya pun masih terus meningkatkan jumlah masyarakat yang tergabung dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut.
"Kalau kemitraan kan tergantung dari apakah disitu terjadi konflik tenurial atau tidak. Kalau tidak, ya tentu tidak ada kemitraan konservasi, tapi untuk pemberdayaan saya kira ini terus menerus kita lakukan," tegasnya.(*)