KKP Siapkan NTT Sebagai Model Percontohan Produksi Garam Nasional

Kuatbaca.com-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia tengah mempersiapkan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai lokasi model untuk pengembangan produksi garam nasional. NTT dipilih sebagai wilayah potensial untuk produksi garam berkat kondisi alamnya yang mendukung, dengan iklim panas yang stabil dan musim panas yang cukup panjang, mirip dengan daerah Dampier di Australia Barat. Keputusan ini diambil sebagai langkah untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan pada impor.
1. Potensi Alam NTT untuk Produksi Garam
NTT, dengan iklim panas yang stabil dan musim panas yang panjang, menjadi lokasi yang sangat potensial untuk pengembangan industri garam. Kondisi cuaca yang serupa dengan kawasan Dampier di Australia Barat memungkinkan proses penguapan air laut menjadi garam berlangsung optimal. Dalam peninjauan yang dilakukan oleh tim teknis KKP bersama perwakilan PT Garam, beberapa lokasi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang menjadi pilihan utama. Daerah-daerah ini diharapkan dapat menjadi model percontohan dalam produksi garam dengan target produktivitas yang tinggi.
Kabupaten Sabu Raijua memiliki beberapa desa yang dianggap sangat sesuai untuk pengembangan tambak garam, seperti Desa Menia di Kecamatan Sabu Barat, Desa Bodae di Sabu Timur, dan Desa Deme di Sabu Liae. Sementara itu, di Kabupaten Kupang, peninjauan terfokus pada desa Bipoli dan Oetata di Kecamatan Camplong, yang telah dikelola oleh PT Garam.
2. Aspek Sosial-Budaya dan Infrastruktur yang Mendukung
Selain potensi alam, KKP juga mempertimbangkan faktor sosial-budaya, status lahan, dan kesiapan infrastruktur dalam menentukan kelayakan wilayah tersebut untuk pengembangan lahan garam. Kejelasan status lahan menjadi penting untuk memastikan pengelolaan yang berkelanjutan, sementara kesiapan infrastruktur mendukung kelancaran proses produksi. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek ini, NTT diharapkan tidak hanya menjadi lokasi yang menghasilkan garam dalam jumlah besar, tetapi juga dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat lokal melalui pembangunan yang terintegrasi.
Proyek ini juga akan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan skema ekonomi yang saling menguntungkan, dengan tujuan utama meningkatkan produksi garam nasional dan kualitasnya.
3. Tujuan Ekstensifikasi Tambak Garam di NTT
Pembangunan model ekstensifikasi tambak garam di NTT menjadi langkah penting bagi KKP dalam mencapai target swasembada garam pada tahun 2027. Dengan menggunakan metode ekstensifikasi, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas garam lokal, yang selama ini masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
KKP menargetkan produksi 200 ton garam per hektare di wilayah yang dipilih. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan garam nasional yang mencapai 4,9 juta hingga 5 juta ton per tahun untuk berbagai sektor, termasuk konsumsi rumah tangga, industri, peternakan, perkebunan, pengolahan air, dan pengeboran minyak. Untuk itu, pengelolaan produksi garam ini akan melibatkan kerjasama antara berbagai pihak dengan skema ekonomi yang telah disepakati bersama.
4. Membangun Ketahanan Pangan dan Industri Garam Nasional
Kebijakan pengembangan produksi garam di NTT merupakan bagian dari upaya besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian industri garam nasional. Dengan menggandeng berbagai pihak dalam pengelolaan produksi, KKP berharap dapat menciptakan sistem yang berkelanjutan dan meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap perekonomian nasional.
Melalui pengembangan industri garam di NTT, diharapkan tercipta peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal serta memperkuat ketahanan pangan nasional. Proyek ini juga berpotensi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor garam, sekaligus mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir dan perikanan di wilayah tersebut.
Langkah KKP untuk menjadikan NTT sebagai model percontohan dalam produksi garam nasional adalah sebuah inisiatif yang menjanjikan. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha, proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang diproduksi di dalam negeri. Target swasembada garam pada tahun 2027 semakin terlihat dekat dengan adanya program pengembangan yang terintegrasi ini.