Kisah Warga Desa Kalali NTT: Perjuangan Cari Sinyal Internet hingga Naik-Turun Gunung

12 June 2025 19:28 WIB
bts-uso-1749722683580_43.jpeg

Kuatbaca.com-Di era digital seperti saat ini, akses internet sudah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar. Namun, kenyataan tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di pelosok Indonesia, terutama warga Desa Kalali, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Warga setempat masih menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan jaringan internet yang memadai.


1. Sulitnya Mendapatkan Sinyal di Desa Kalali

Yorianto Mona, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Kalali, mengungkapkan kondisi sulit yang dialami warga dalam mengakses layanan internet dan jaringan seluler. Bahkan untuk sekadar menghubungi keluarga atau anak yang berada di luar desa, warga harus rela menempuh perjalanan naik turun gunung demi mendapatkan sinyal.

“Kalau kami mau menghubungi keluarga yang jauh, harus mencari tempat yang ada sinyalnya, kadang harus naik turun gunung dulu,” ungkap Yorianto, Kamis (12/6/2025).

Kondisi ini jelas menimbulkan kendala dalam komunikasi dan akses informasi, mengingat banyak aktivitas pendidikan, pekerjaan, dan administrasi yang kini bergantung pada koneksi internet.


2. Hadirnya BTS USO Jadi Solusi Awal

Masalah konektivitas yang selama ini membelenggu warga Kalali mulai teratasi setelah Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) membangun Base Transceiver Station (BTS) Universal Obligation Service (USO) di desa tersebut. Dengan

adanya BTS USO ini, kecepatan akses internet di Kalali sempat meningkat hingga mencapai 4 Mbps.

Namun, seiring bertambahnya perangkat smartphone dan kebutuhan digital masyarakat yang makin meningkat, kecepatan tersebut mulai terasa kurang memadai dan mengalami penurunan.

Yorianto berharap agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dapat meningkatkan kapasitas jaringan agar dapat menjangkau lebih banyak warga dan memberikan layanan yang lebih cepat dan stabil.

“Kami berharap agar kapasitas jaringan di Desa Kalali dapat ditingkatkan agar menjangkau wilayah yang belum terjangkau sinyal,” pinta Yorianto.

3. Tantangan Akses Internet di Daerah Lain dan Upaya Pemerintah

Tak hanya di Kalali, kondisi serupa juga dirasakan oleh warga di daerah lain seperti Desa Idamdehe Gamsugi, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat. Meskipun sudah tersedia BTS USO, akses internet masih sulit dan kapasitasnya dirasa kurang.

Dien, salah seorang warga, mengusulkan agar pemerintah menyediakan fasilitas WiFi gratis di tempat-tempat strategis seperti sekolah TK, SD, gedung gereja, dan karang taruna guna menunjang akses pendidikan dan aktivitas masyarakat.

Menanggapi berbagai aspirasi dari masyarakat di pelosok negeri, Menteri Komunikasi dan Informatika Meutya Hafid menegaskan komitmen pemerintah dalam pemerataan akses internet. Melalui Bakti Kominfo, pemerintah berencana menggandakan kapasitas jaringan internet di desa-desa dari 4 Mbps menjadi 8 Mbps per titik BTS.

4. Pentingnya Literasi Digital dalam Pemanfaatan Internet

Selain peningkatan infrastruktur, Meutya juga menekankan pentingnya literasi digital di kalangan masyarakat, khususnya anak-anak. Pemanfaatan internet harus dilakukan dengan bijak agar tidak menimbulkan dampak negatif.

“Internet tidak hanya soal koneksi, tapi juga bagaimana masyarakat menggunakan internet secara bijak dan produktif,” ujar Meutya.

Pemerintah berencana menggelar berbagai program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan internet yang sehat, agar manfaat teknologi digital dapat dirasakan secara optimal dan aman.

Dengan upaya peningkatan kapasitas jaringan dan literasi digital, diharapkan warga Desa Kalali dan daerah terpencil lainnya dapat menikmati akses internet yang layak, membuka peluang pendidikan, ekonomi, dan komunikasi yang lebih baik, serta mendukung kemajuan Indonesia menuju era digital yang inklusif.

Fenomena Terkini






Trending