Khotbah Anies Baswedan di Idul Adha: Ketimpangan dan Kejujuran yang Harus Diubah

6 June 2025 13:36 WIB
anies-baswedan-1749182195740_169.jpeg

Kuatbaca.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dipercaya menjadi khatib dalam pelaksanaan salat Idul Adha yang berlangsung di Lapangan Hijau Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, pada Jumat (6/6/2025). Dalam khotbahnya, Anies menyampaikan refleksi mendalam tentang kondisi bangsa, termasuk berbagai luka dan tantangan yang masih menghantui Indonesia. Ia mengawali dengan doa memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah SWT, agar bangsa ini dapat keluar dari berbagai persoalan yang menghambat kemajuan.

1. Kejujuran Terpinggirkan, Kompetensi Terkalahkan oleh Koneksi

Dalam khutbahnya, Anies menyampaikan keresahannya atas praktik yang kerap terjadi di berbagai sektor, yaitu kejujuran yang semakin tersisih dan kompetensi yang kalah oleh koneksi atau hubungan pribadi. Ia menyoroti bagaimana sistem yang ada masih memungkinkan kemiskinan diwariskan secara turun-temurun akibat ketidakberesan dalam penanganan masalah sosial dan ekonomi.

“Kejujuran kerap disingkirkan, kompetensi dikalahkan oleh koneksi, dan kemiskinan diwariskan dari generasi ke generasi karena sistem yang enggan dibenahi,” tegas Anies. Pernyataan ini menjadi kritik tajam terhadap ketidakadilan sosial yang masih mewarnai kehidupan berbangsa.

2. Keadilan Butuh Keberanian Menyentuh Akar Masalah

Lebih jauh, Anies menegaskan bahwa keadilan dan kesetaraan tidak semata-mata datang dari niat baik, melainkan harus dibarengi dengan keberanian untuk menyentuh akar persoalan yang dalam, walau terkadang menyakitkan. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak terjebak dalam zona nyaman dan kebiasaan lama yang justru memperkuat ketimpangan.

“Kami sadar, keadilan dan kesetaraan bukan sekadar hasil niat baik, tapi buah dari keberanian menyentuh akar yang dalam, yang kadang menyakitkan, tersembunyi di balik kebiasaan dan kenyamanan,” kata Anies. Dengan kesadaran tersebut, ia menyerahkan nasib bangsa kepada Allah SWT dengan memohon perlindungan agar tidak hanyut dalam keputusasaan.

3. Pelajaran Sejarah dari Ibnu Khaldun soal Runtuhnya Dinasti

Dalam khotbahnya, Anies juga mengutip pemikiran cendekiawan Islam terkenal, Ibnu Khaldun, yang mengamati bagaimana dinasti-dinasti besar dalam sejarah runtuh bukan karena serangan musuh luar, melainkan disebabkan oleh ketimpangan internal yang tidak diatasi dengan serius. Menurut Anies, pelajaran sejarah ini relevan bagi bangsa Indonesia saat ini.

“Dinasti besar runtuh bukan karena serangan musuh, melainkan karena ketimpangan internal yang tidak pernah diatasi,” ujarnya. Oleh sebab itu, ia mengingatkan pentingnya menyelesaikan masalah-masalah internal agar kekuasaan dan kemajuan bangsa tidak hancur akibat konflik dan ketidakadilan.

Menutup khutbahnya, Anies mengajak masyarakat untuk bersama-sama memperkuat persaudaraan, mengikis ketidakadilan, dan membangun Indonesia yang lebih baik dengan penuh semangat persatuan. Ia menegaskan bahwa momen Idul Adha harus menjadi pengingat bagi seluruh bangsa untuk meningkatkan rasa keikhlasan, keteguhan iman, dan pengorbanan demi kemaslahatan bersama.

“Kita hadir hari ini dengan penuh harapan, memohon agar Allah membimbing langkah kita membangun bangsa yang adil, makmur, dan bersatu,” pungkasnya. Pesan ini menjadi motivasi bagi umat Islam khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia untuk terus berjuang mengatasi berbagai tantangan yang ada.

Fenomena Terkini






Trending