top ads
Home / Umum / Ketika Kesulitan Ekonomi Mendorong Dua Wanita Menjadi Pekerja Seks di Situbondo

Umum

  • 6

Ketika Kesulitan Ekonomi Mendorong Dua Wanita Menjadi Pekerja Seks di Situbondo

Ketika Kesulitan Ekonomi Mendorong Dua Wanita Menjadi Pekerja Seks di Situbondo
  • September 16, 2023

Kuatbaca.com - Tragedi kemanusiaan baru saja terungkap di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Situbondo. Pada Senin (11/9/2023), Satpol PP Kabupaten Situbondo melakukan razia di bekas lokalisasi Gunung Sampan, Desa Kotakan. Mereka berhasil mengamankan beberapa pekerja seks, dan di antara mereka, dua wanita berbagi kisah tragis yang menjadi awal mula mereka terjerumus ke dunia malam.


Salah satu dari mereka adalah S, seorang ibu berusia 33 tahun asal Jombang. Dengan nada bergetar, S menceritakan bahwa keputusannya menjadi pekerja seks bukanlah sebuah pilihan. Ia terperangkap dalam jaringan utang sebesar Rp 5 juta kepada muncikarinya. Meskipun hatinya berkeinginan kuat untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dan pulang, ia dicekik oleh kenyataan bahwa hutangnya harus diselesaikan terlebih dahulu. Ironisnya, meskipun dia bekerja keras, seluruh penghasilannya harus diserahkan kepada muncikarinya, dan hanya sejumlah kecil yang diperolehnya dari hasil menjadi pemandu lagu.


Seorang wanita muda lainnya, D, berusia 20 tahun asal Trenggalek, juga memiliki kisah yang tak kalah memilukan. Awalnya, D bekerja sebagai baby sitter di Banyuwangi. Namun, kesulitan ekonomi mendorongnya untuk menerima tawaran menjadi pemandu lagu. Sayangnya, harapannya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik berujung pada tragedi. Dijebak dengan janji manis, D malah diperdaya dan terjebak dalam lingkaran pekerjaan seks komersial dengan utang sebesar Rp 18 juta.



Meski berada di bawah tekanan yang begitu besar, D tetap memiliki integritas moral.


Dia menolak untuk melarikan diri dari tanggung jawabnya meski dia sadar bahwa pekerjaannya sekarang sangat berbeda dari yang dia bayangkan sebelumnya. D juga mengungkapkan bahwa meskipun dia telah menikah, dia dan suaminya hidup terpisah, dan belum ada keputusan resmi mengenai perceraian dari pengadilan.


Kepala Sat Pol PP Situbondo, Sopan Efendi, menegaskan bahwa razia tersebut dilakukan untuk meminimalisir praktik pelacuran di daerahnya. Sementara mengenai dua wanita yang ingin pulang, dia berjanji akan berkoordinasi dengan pihak desa setempat. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan menyelidiki lebih lanjut mengenai kemungkinan kasus trafficking dan akan bekerja sama dengan Polres jika ditemukan bukti yang mendukung dugaan tersebut.


Kisah tragis dari S dan D merupakan gambaran nyata dari dampak krisis ekonomi dan ketidakberdayaan masyarakat. Harus ada upaya yang lebih intensif dari pihak berwenang untuk memutus mata rantai eksploitasi seksual dan memberikan perlindungan kepada korban-korban seperti mereka.

(*)

side ads
side ads