Ketegangan Dagang Kian Panas, Pesawat Boeing Dikembalikan dari China ke AS

21 April 2025 15:52 WIB
f7423fa9-d48f-4981-8375-6558f389bdb0_169.jpeg

Kuatbaca - Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, dan kali ini dampaknya terasa hingga ke langit. Beberapa pesawat jet Boeing, yang sebelumnya dikirim ke China, kini dikembalikan ke Amerika. Fenomena ini menjadi sinyal terbaru bahwa perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia belum mereda, bahkan merembet ke sektor aviasi.

Boeing 737 MAX Terbang Kembali ke Rumah

Dalam beberapa hari terakhir, pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 terpantau meninggalkan fasilitas penyelesaian akhir milik Boeing yang terletak di Zhoushan, dekat Shanghai, China. Salah satu unit pesawat tersebut dilaporkan mendarat di Guam, wilayah teritori AS di Pasifik, sebagai bagian dari perjalanannya menuju Seattle—markas besar sekaligus pusat produksi utama Boeing.

Yang menarik, pesawat ini sebelumnya baru saja dikirim ke China dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Namun tanpa penjelasan publik yang gamblang, pesawat tersebut kini kembali ke pangkuan pabrikannya. Ini bukan kasus tunggal. Sebelumnya, pesawat lain dengan corak Xiamen Airlines—maskapai asal China—juga melakukan penerbangan serupa, dari Zhoushan menuju Boeing Field di Seattle.

Perang Dagang Berimbas pada Industri Aviasi

Pengembalian pesawat-pesawat ini dipandang sebagai efek domino dari konflik dagang yang belum kunjung reda. Perseteruan tarif antara Washington dan Beijing telah menciptakan ketidakpastian besar, tidak hanya bagi pelaku industri teknologi dan manufaktur, tetapi juga bagi sektor penerbangan komersial.

Produsen pesawat seperti Boeing terjebak di tengah pusaran kebijakan proteksionis dan fluktuasi tarif. China, sebagai salah satu pasar terbesar bagi pesawat komersial di dunia, selama ini menjadi lahan subur bagi ekspansi Boeing. Namun, kondisi geopolitik yang tak menentu kini memaksa maskapai-maskapai China untuk menunda, bahkan membatalkan, rencana pengadaan pesawat baru.

Meski menjadi kabar kurang menyenangkan bagi hubungan dagang AS-China, situasi ini justru membuka peluang bagi negara lain. Malaysia Airlines, misalnya, menyatakan minat untuk mengambil alih pesawat-pesawat yang kini batal digunakan oleh maskapai China. Negosiasi pun disebut sedang berlangsung dengan pihak Boeing untuk menyerap jet-jet yang tak jadi dikirim.

Langkah ini menjadi strategi cepat dari Boeing untuk menjaga stabilitas bisnisnya di tengah goncangan geopolitik. Dengan permintaan pesawat yang mulai pulih pasca pandemi dan kebutuhan maskapai dunia yang terus bertumbuh, potensi untuk mengalihkan pesawat-pesawat tersebut ke pasar lain sangat besar.

Ketidakpastian yang Masih Menggantung

Di balik pengembalian pesawat ini, terselip satu masalah besar: ketidakpastian. Banyak eksekutif maskapai mengaku lebih memilih menunda pengiriman pesawat baru ketimbang harus membayar bea masuk tinggi akibat tarif perang dagang. Situasi ini bisa menjadi bom waktu, mengingat produsen seperti Boeing dan rivalnya Airbus bergantung pada jadwal pengiriman yang ketat dan rantai pasok global yang efisien.

Sejak pelarangan 737 MAX akibat insiden tragis beberapa tahun lalu, Boeing memang tengah berupaya keras memulihkan reputasi dan memperlancar pengiriman unit baru. Namun, tensi dagang dan regulasi yang berubah-ubah membuat proses pemulihan ini tak semulus yang dibayangkan.

Meski Boeing masih menjadi simbol kebanggaan industri dirgantara Amerika, masa depannya di China—yang selama ini menjadi salah satu pasar kunci—terancam tidak pasti. Perusahaan harus memutar strategi agar tidak terus-menerus terpukul oleh tarik-ulur kebijakan antar negara.

Di tengah bayang-bayang perang tarif dan ketegangan politik, industri pesawat komersial tampaknya akan terus menghadapi tantangan yang tak hanya bersifat teknis, tetapi juga geopolitik. Pertanyaannya kini: seberapa jauh konflik dagang akan mengubah peta industri aviasi dunia?

Yang jelas, jika tensi terus berlanjut, bukan tidak mungkin lebih banyak pesawat yang "pulang kampung" sebelum sempat mengangkut satu pun penumpang.

Fenomena Terkini






Trending