Kesepakatan Dagang AS-China Bikin Saham Teknologi Melejit: Apple hingga Nvidia Kembali Bangkit

Kuatbaca.comPasar saham global kembali bergairah setelah Amerika Serikat dan China mencapai kesepakatan untuk menurunkan sebagian besar tarif perdagangan. Kabar positif ini disambut hangat oleh para investor, terutama yang menanamkan modalnya di sektor teknologi. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Apple, Nvidia, hingga Amazon langsung mencatatkan lonjakan signifikan dalam nilai saham, mencerminkan optimisme pasar terhadap perbaikan hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
1. Ketegangan Dagang yang Lama Membebani Sektor Teknologi
Selama beberapa tahun terakhir, tensi dagang antara AS dan China menjadi sumber kekhawatiran utama bagi pelaku industri teknologi. Kebijakan saling balas tarif antara kedua negara telah mengganggu rantai pasok global, memperlambat pertumbuhan bisnis, serta memicu ketidakpastian di pasar modal.
Sektor teknologi menjadi salah satu yang paling terdampak. Perusahaan semikonduktor, produsen chip, hingga manufaktur
smartphone harus menghadapi hambatan distribusi, peningkatan biaya produksi, dan penurunan permintaan. Namun, dengan tercapainya kesepakatan untuk mengurangi beban tarif, pasar kini melihat harapan baru akan stabilitas dan kelancaran distribusi global.
2. Saham Teknologi AS Menguat Signifikan
Setelah pengumuman kesepakatan, saham perusahaan teknologi AS langsung menunjukkan respons positif. Nvidia, meski masih menghadapi sejumlah pembatasan ekspor chip ke China, mencatat kenaikan saham hingga 4%. AMD dan Broadcom juga turut melonjak sekitar 5%, sementara Marvell bahkan mengalami lonjakan hingga 7,5%.
Kenaikan signifikan ini terjadi karena investor menilai bahwa prospek pasar teknologi akan kembali cerah. Rantai pasok yang lebih lancar serta potensi peningkatan permintaan dari pasar China menjadi faktor utama yang mendorong keyakinan baru terhadap saham-saham sektor ini.
3. Apple dan Amazon Kembali ke Jalur Positif
Salah satu sorotan utama adalah kenaikan tajam saham Apple yang mencapai lebih dari 7%. Sebagai produsen iPhone yang sebagian besar produksinya masih dilakukan di China, Apple memang sangat bergantung pada stabilitas hubungan dagang kedua negara. Dengan ketegangan yang mulai mereda, risiko kenaikan biaya produksi akibat tarif dapat ditekan, sehingga menumbuhkan kembali kepercayaan investor.
Amazon juga ikut meraih keuntungan dari kesepakatan ini. Banyak penjual di platform Amazon yang mengandalkan pasokan produk dari China. Dampak positif dari pengurangan tarif membuat biaya operasional bisa ditekan, margin keuntungan lebih stabil, dan potensi pertumbuhan tetap terjaga. Alhasil, saham Amazon naik lebih dari 8%.
4. Efek Domino pada Perusahaan Global dan Optimisme Jangka Panjang
Tak hanya perusahaan AS, efek dari kesepakatan ini turut dirasakan oleh perusahaan global lainnya. Di Eropa, saham ASML, produsen mesin chip asal Belanda, melonjak 4,5%, sementara Infineon juga menunjukkan kenaikan tajam. Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang terdaftar di bursa AS turut menguat sekitar 4%.
Di sisi lain, saham-saham teknologi China yang terdaftar di AS seperti Alibaba, JD.com, dan Baidu juga ikut terdorong naik.
Optimisme pasar terhadap arah hubungan dagang AS-China memberikan sinyal kuat bahwa tahun 2025 bisa menjadi momentum kebangkitan baru bagi sektor teknologi global.
Dengan proses negosiasi yang dikabarkan akan terus berlanjut, investor melihat peluang besar bahwa kebijakan tarif dapat sepenuhnya dilonggarkan dalam waktu dekat. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin pasar saham teknologi akan menyentuh titik tertinggi baru dan menjadi motor penggerak utama ekonomi global di masa mendatang.
Kesepakatan dagang antara AS dan China menjadi angin segar bagi dunia investasi, khususnya di sektor teknologi. Dari Apple hingga Nvidia, lonjakan saham membuktikan bahwa pasar kembali optimis terhadap stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang. Di tengah pemulihan global, momen ini bisa menjadi titik balik yang memperkuat posisi perusahaan teknologi sebagai tulang punggung ekonomi masa depan.