Kuatbaca.com - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menginisiasi kerja sama antara Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam upaya meneliti dan melestarikan warisan budaya Indonesia yang sangat kaya. Kolaborasi ini dianggap penting untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.
“Kita memiliki warisan budaya yang sangat beragam, baik yang bersifat nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible). Dengan sejarah panjang peradaban Nusantara, perlu ada riset dan kerja sama lintas sektor untuk memastikan warisan ini tetap terjaga dan dimanfaatkan secara optimal,” jelas Fadli Zon saat berkunjung ke Ruang Koleksi Ilmiah Arkeologi dan Laboratorium Genomik di BRIN Cibinong, Bogor, pada Senin, 30 Juni 2025.
1. Repatriasi Koleksi Nusantara Jadi Prioritas Utama
Selain penelitian, Fadli Zon menegaskan bahwa upaya repatriasi atau pemulangan koleksi budaya dan fosil Nusantara dari luar negeri menjadi agenda penting Kemenbud. Sejak Desember 2024, pemerintah intensif melakukan negosiasi dengan beberapa negara, terutama Belanda, untuk memulangkan benda-benda bersejarah yang selama ini berada di luar negeri akibat masa penjajahan.
Menurut Fadli Zon, “Repatriasi ini bukan hanya soal mengembalikan fisik benda, tetapi juga mengembalikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap sejarah dan budaya nasional yang sesungguhnya.”
2. Percepatan Penetapan Cagar Budaya Nasional
Upaya pelestarian juga difokuskan pada penetapan cagar budaya di tingkat nasional. Saat ini, terdapat lebih dari 4.900 cagar budaya yang tersebar di seluruh Indonesia, namun baru 228 yang berstatus cagar budaya nasional.
Fadli Zon menegaskan, “Kita harus mempercepat penetapan cagar budaya ini agar bisa mendapatkan perlindungan dan perhatian lebih dari pemerintah pusat. Ini menjadi salah satu fokus kerja Kemenbud bersama para pemangku kepentingan di daerah.”
3. Peninjauan Koleksi Artefak dan Manfaatnya bagi Edukasi
Dalam kunjungannya ke BRIN, Fadli Zon juga meninjau ruang penyimpanan koleksi artefak di Gedung Kehati, Kawasan Sains dan Teknologi Ir. Soekarno. Koleksi tersebut meliputi berbagai benda bersejarah mulai dari batu beliung, keramik China, guci keramik, hingga replika nisan kuno.
“Koleksi yang sudah diteliti dan terdokumentasi dengan baik oleh BRIN dapat dijadikan sumber literasi dan edukasi bagi masyarakat luas. Artefak-artefak ini adalah jendela untuk memahami sejarah dan peradaban bangsa kita,” ungkap Fadli.
4. Harapan Sinergi Kemenbud dan BRIN dalam Pelestarian Budaya
Fadli Zon berharap kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan BRIN dapat terus diperkuat sehingga artefak yang selama ini ‘mati’ dapat menjadi pusat edukasi dan literasi hidup bagi masyarakat.
“Artefak yang telah lama tersimpan harus bisa menjadi ‘living library’ yang menyampaikan narasi sejarah dan budaya kita secara menarik dan interaktif,” harap Fadli Zon.
5. Komitmen BRIN Dukung Penelitian Warisan Budaya
Menyambut ajakan tersebut, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menegaskan kesiapan lembaganya untuk mendukung riset dan penelitian yang dilakukan Kemenbud. “Kolaborasi lintas sektor sangat penting agar penelitian artefak dan warisan budaya dapat dibuktikan secara ilmiah dan memberikan manfaat yang besar,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir mendampingi Menteri Kebudayaan sejumlah pejabat penting seperti Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra Herry Jogaswara, Plt. Deputi Kebijakan Pembangunan Anugerah Widiyanto, serta pejabat eselon lainnya dari Kemenbud dan BRIN. Kehadiran mereka menandai komitmen bersama untuk mengembangkan riset dan pelestarian warisan budaya secara menyeluruh.