Jajal Mobil Hidrogen, Bahlil Sebut Potensi Tekan Impor BBM hingga 1.000 Barel per Hari

15 April 2025 22:40 WIB
menteri-esdm-bahlil-lahadalia-jajal-mobil-hidrogen-1744708429100_169.jpeg

Kuatbaca.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali menyoroti potensi besar energi terbarukan, kali ini lewat mobil berbahan bakar hidrogen. Dalam acara Global Hydrogen Ecosystem (GHES) 2025 Summit & Exhibition di Jakarta, Selasa (15/4/2025), Bahlil tidak hanya membuka perhelatan, tapi juga langsung menjajal kendaraan hidrogen dari pabrikan Toyota di kawasan Gelora Bung Karno (GBK).

1. Bahlil Puji Kenyamanan dan Performa Mobil Hidrogen

Usai menjajal mobil hidrogen, Bahlil memberikan ulasan positif. Menurutnya, kendaraan berbahan bakar hidrogen tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga nyaman dikendarai. Ia menilai aspek stabilitas dan akselerasi mobil sangat baik.

“Stabilizer mobilnya bagus sekali. Larinya aman, body-nya nggak goyang, dan tikungan tajam juga tetap stabil,” ungkap Bahlil antusias.

2. Solusi Kurangi Ketergantungan BBM Impor

Lebih dari sekadar uji coba kendaraan, Bahlil memanfaatkan momentum ini untuk menyoroti urgensi pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM). Ia menyebut, Indonesia masih mengimpor sekitar 900–1.000 barel BBM per hari, dan teknologi seperti hidrogen bisa menjadi salah satu alternatif pengganti bensin, di samping biofuel (BM40) dan kendaraan listrik berbasis baterai.

“Cara kita mengurangi impor adalah dengan memanfaatkan potensi bahan bakar pengganti bensin. Bisa BM40, baterai mobil, dan juga hidrogen,” jelasnya.

3. Sumber Hidrogen Berlimpah di Indonesia

Menurut Bahlil, Indonesia punya potensi besar untuk memproduksi hidrogen karena memiliki batu bara, gas, dan air sebagai bahan baku utama. Ini menjadi keunggulan tersendiri untuk mendorong kemandirian energi nasional, sekaligus membuka peluang investasi besar di sektor hidrogen.

4. Tantangan Regulasi: Pasar Hidrogen Masih “Kosong”

Meski potensi besar, Bahlil mengakui bahwa pasar kendaraan hidrogen di Indonesia belum terbentuk secara resmi. Regulasi yang ada saat ini baru mengatur tentang kendaraan listrik berbasis baterai. Oleh karena itu, dibutuhkan payung hukum baru dan insentif fiskal untuk mendorong penetrasi kendaraan hidrogen ke pasar nasional.

“Kita lagi tanya siapa yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Tinggal kita lihat variabel mana yang bisa diberi insentif agar investasinya visibel,” jelas Bahlil.

5. Pemerintah Siapkan Dukungan Bila Investasi Masuk

Bahlil menyatakan bahwa pemerintah akan menyesuaikan regulasi jika minat investor untuk masuk ke industri hidrogen semakin konkret. Dukungan ini bisa berupa insentif fiskal, pembebasan bea impor, atau percepatan perizinan sebagaimana yang telah dilakukan untuk kendaraan listrik.

Hal ini sejalan dengan strategi transisi energi yang ingin dicapai Indonesia, yaitu mengurangi emisi karbon secara bertahap hingga 2060, sambil tetap menjaga kedaulatan energi nasional.

6. GHES 2025: Langkah Awal Menuju Ekosistem Hidrogen Nasional

Acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 yang diselenggarakan di JCC menjadi platform penting dalam mempromosikan ekosistem hidrogen di Indonesia. Di acara ini, turut diluncurkan peta jalan nasional hidrogen dan amonia, yang akan menjadi panduan pengembangan energi alternatif untuk mendukung program dekarbonisasi.

Kendaraan hidrogen menjadi salah satu solusi strategis untuk menekan impor BBM dan mengakselerasi transisi energi di Indonesia. Uji coba mobil hidrogen oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjadi simbol penting dalam membuka jalan bagi investasi dan regulasi di sektor ini. Meski tantangannya besar, peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri hidrogen regional sangat terbuka.

Fenomena Terkini






Trending