Ini Alasan Pemerintah Pilih Huayou Gantikan LG di Proyek Baterai Rp 164 Triliun

23 April 2025 22:38 WIB
menteri-investasi-atau-kepala-badan-koordinasi-penanaman-modal-bkpm-rosan-roeslani-evadetikcom_169.jpeg

1. LG Didepak karena Negosiasi Terlalu Lama

Kuatbaca.com - Proyek pengembangan baterai mobil listrik senilai Rp 164 triliun akhirnya resmi berganti pemain utama. Pemerintah Indonesia memutuskan mengeluarkan LG asal Korea Selatan dari proyek tersebut karena dinilai terlalu lama dalam proses negosiasi. Sejak kesepakatan awal pada 2020, proyek ini tak kunjung direalisasikan hingga akhirnya pada 31 Januari 2025, pemerintah secara resmi meminta LG mundur.

2. Huayou Langsung Nyatakan Minat Sejak Akhir 2024

Sebelum LG didepak, perusahaan China, Huayou, telah lebih dulu menunjukkan ketertarikan untuk mengambil alih proyek tersebut. Minat Huayou disampaikan sejak akhir 2024, jauh sebelum keputusan resmi untuk mencoret LG. Hal ini menunjukkan bahwa Huayou siap secara komitmen dan waktu, menjadi mitra yang lebih tanggap terhadap kebutuhan percepatan proyek strategis nasional ini.

3. Huayou Sudah Berpengalaman dan Berinvestasi di Indonesia

Salah satu alasan utama mengapa pemerintah menerima Huayou adalah karena perusahaan ini sudah berinvestasi di Indonesia, khususnya di sektor pengolahan nikel—bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini menjadi keunggulan karena Huayou telah memahami ekosistem hilirisasi mineral di Indonesia, dan memiliki infrastruktur serta sumber daya yang relevan untuk menjalankan proyek besar ini.

4. Komitmen Investasi dan Penguasaan Teknologi Jadi Kunci

Menteri Investasi Rosan Roeslani menyebut Huayou telah menyuntikkan dana besar di Indonesia dan memiliki rencana ekspansi lanjutan. Tak hanya itu, perusahaan asal China ini juga memiliki teknologi dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung hilirisasi industri baterai kendaraan listrik yang tengah digencarkan pemerintah.

5. Huayou Ditunjuk Jadi Pemimpin Konsorsium Baru

Huayou tidak sekadar menjadi mitra teknis, tapi ditunjuk sebagai pemimpin konsorsium pengganti LG. Artinya, Huayou akan memegang kendali dalam pengelolaan proyek baterai EV ini dari hulu ke hilir. Menurut Rosan, penunjukan ini telah melalui pertemuan intensif dan evaluasi kelayakan, termasuk dari sisi kapasitas teknis, finansial, dan kesesuaian dengan visi hilirisasi nasional.

6. Strategi Hilirisasi Jadi Pendorong Seleksi Mitra Proyek

Keputusan mengganti LG dengan Huayou juga sejalan dengan strategi pemerintah dalam mendorong hilirisasi tambang dan peningkatan nilai tambah dalam negeri. Huayou yang telah memiliki pengalaman dalam rantai pasok nikel di Indonesia dinilai lebih sesuai dengan visi industrialisasi nasional, dibanding mitra yang membutuhkan waktu terlalu lama untuk memulai eksekusi.

7. Penguatan Ekosistem Baterai EV Nasional Jadi Target Utama

Proyek baterai senilai US$ 9,8 miliar ini adalah bagian dari ambisi besar Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik global. Dengan menggandeng Huayou yang sudah matang secara pengalaman dan investasi, pemerintah berharap proyek ini bisa segera direalisasikan dan mendukung transisi energi bersih serta elektrifikasi kendaraan nasional.

Realisasi Lebih Cepat, Mitra Lebih Siap, Masa Depan Lebih Pasti

Keputusan mengganti LG dengan Huayou di proyek baterai mobil listrik adalah langkah strategis pemerintah untuk menghindari stagnasi dan mempercepat industrialisasi sektor energi terbarukan. Dengan mitra yang lebih siap dan selaras dengan visi hilirisasi nasional, proyek Rp 164 triliun ini diharapkan bisa segera memberi dampak ekonomi nyata bagi Indonesia.

Fenomena Terkini






Trending