Harga Kelapa Tembus Rp 25.000 per Butir, Kemendag Masih Cari Solusi dengan Eksportir

20 April 2025 17:08 WIB
stok-kelapa-parut-langka-harga-tembus-rp-20000-per-butir-1743159710632_169.jpeg

1. Harga Kelapa Naik Dua Kali Lipat, Konsumen Teriak

Kuatbaca.com - Lonjakan harga kelapa bulat belakangan ini membuat masyarakat resah. Di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Rawa Bebek, harga kelapa parut yang biasanya dijual Rp 10.000–15.000, kini melambung hingga Rp 25.000 per butir, tergantung ukurannya. Kenaikan ini dinilai tak wajar dan berdampak langsung pada pelaku usaha kecil seperti pembuat santan, makanan tradisional, hingga ibu rumah tangga.

2. Pemerintah Turun Tangan, Tapi Belum Capai Titik Terang

Menanggapi lonjakan harga tersebut, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan pelaku industri dalam negeri dan para eksportir kelapa. Tujuannya adalah untuk mencari solusi bersama yang adil dan tidak merugikan pihak mana pun. Namun hingga saat ini, belum ada kesepakatan konkret yang dicapai dari hasil pertemuan tersebut.

3. Permintaan Ekspor Tinggi Jadi Pemicu Utama

Menurut Budi, lonjakan harga kelapa dalam negeri tidak lepas dari tingginya permintaan ekspor, terutama dari negara-negara seperti China yang saat ini membutuhkan kelapa dalam jumlah besar. Harga kelapa di pasar global pun sedang naik, membuat eksportir lebih tertarik menjual produk ke luar negeri ketimbang memenuhi kebutuhan domestik.

4. Eksportir Lebih Tertarik Pasar Luar, Pasokan Dalam Negeri Terpukul

Dampaknya, pasokan kelapa untuk pasar lokal menjadi terbatas, sementara permintaan tetap tinggi. Hal ini secara alami menyebabkan harga melambung. Budi menyampaikan bahwa eksportir merasa harga yang ditawarkan pelaku industri dalam negeri tidak kompetitif, sehingga lebih memilih untuk mengekspor. Situasi inilah yang menjadi tantangan utama pemerintah.

5. Usulan Penghentian Ekspor Kelapa, Masih Dipertimbangkan

Terkait opsi penghentian sementara ekspor kelapa, Menteri Budi menyebut bahwa hal tersebut masih dalam tahap diskusi dan belum bisa diputuskan sepihak. Pemerintah ingin menghindari keputusan yang berpotensi merugikan satu pihak. Oleh karena itu, dialog antara eksportir dan pelaku industri domestik harus terus dimediasi, demi menemukan formula yang adil.

6. Harga Tinggi Memberatkan UMKM dan Konsumen Kecil

Lonjakan harga kelapa memberi tekanan besar bagi UMKM di sektor kuliner dan pangan, yang selama ini mengandalkan kelapa sebagai bahan utama. Kenaikan harga dua kali lipat otomatis menggerus margin keuntungan mereka. Tak sedikit yang akhirnya terpaksa menaikkan harga jual atau bahkan mengurangi produksi.

7. Pemerintah Dorong Dialog dan Evaluasi Tata Niaga

Mendag Budi menegaskan bahwa peninjauan ulang tata niaga kelapa nasional perlu segera dilakukan. Tidak hanya soal ekspor, tetapi juga regulasi harga, distribusi, dan subsidi jika diperlukan. Pemerintah ingin menjaga keseimbangan antara manfaat ekonomi dari ekspor dan kebutuhan dasar masyarakat dalam negeri.

8. Kenaikan Harga Komoditas Tak Bisa Diatasi dengan Instruksi Saja

Budi menegaskan bahwa persoalan harga bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan satu keputusan sepihak. Perlu komunikasi lintas sektor, baik antar kementerian maupun dengan pelaku usaha. Pemerintah juga akan melibatkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian untuk mengkaji lebih jauh aspek hulu-hilir komoditas kelapa.

9. Upaya Kolaboratif Diharapkan Jadi Kunci

Budi mengisyaratkan bahwa penyelesaian krisis harga ini tidak bisa berjalan tanpa partisipasi aktif para eksportir. Mereka diharapkan mau membuka ruang kompromi, misalnya dengan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kebutuhan dalam negeri. Di sisi lain, pelaku industri juga diimbau untuk menaikkan penawaran harga beli, agar tidak kalah saing dengan pasar ekspor.

10. Menjaga Stabilitas Harga untuk Kepentingan Nasional

Kondisi melonjaknya harga kelapa menunjukkan pentingnya mekanisme pengendalian dan perlindungan pasar dalam negeri terhadap dampak fluktuasi ekspor. Pemerintah perlu bertindak cepat dan cermat agar komoditas vital seperti kelapa tetap terjangkau, tanpa mematikan potensi ekonomi dari perdagangan internasional. Solusi jangka menengah dan panjang seperti diversifikasi pasokan serta insentif bagi pasar lokal juga patut menjadi agenda utama ke depan.

Fenomena Terkini






Trending