Harga Kelapa Naik Tajam, Ini Penjelasan Mendag dan Dampaknya Bagi Konsumen

20 April 2025 21:20 WIB
menteri-perdagangan-mendag-budi-santoso-1745115949589_169.jpeg

Kuatbaca.com - Harga kelapa di pasar domestik tengah mengalami lonjakan signifikan hingga dua kali lipat dibanding kondisi normal. Fenomena ini memicu keresahan di kalangan masyarakat dan pelaku usaha kecil yang mengandalkan kelapa sebagai bahan baku utama. Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Budi Santoso, akhirnya buka suara terkait penyebab utama kenaikan harga kelapa yang melonjak tajam tersebut.

1. Permintaan Ekspor Tinggi Jadi Biang Kerok

Menurut keterangan resmi dari Menteri Perdagangan, lonjakan harga kelapa disebabkan oleh meningkatnya permintaan ekspor, khususnya dari negara-negara seperti Tiongkok (Cina). Harga kelapa di pasar luar negeri yang saat ini sedang tinggi menjadi pemicu utama para eksportir lebih memilih menjual kelapa ke pasar internasional dibanding dalam negeri.

Hal ini memicu kelangkaan pasokan kelapa untuk kebutuhan domestik karena volume kelapa yang biasa didistribusikan di pasar lokal, kini lebih banyak dialihkan untuk memenuhi permintaan ekspor.

2. Harga Domestik Kalah Saing dengan Pasar Ekspor

Masalah utama yang menambah pelik situasi adalah harga beli dari industri dalam negeri yang lebih rendah dibanding harga pasar ekspor. Hal ini membuat eksportir cenderung memilih pasar internasional demi mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar.

Akibatnya, pelaku industri dalam negeri seperti produsen makanan, pedagang kelapa parut, hingga UMKM yang bergantung pada kelapa harus menghadapi pasokan yang makin langka dan harga yang makin mahal.

3. Harga Kelapa Parut Naik Hingga 150%

Data lapangan menunjukkan bahwa harga kelapa parut di pasar tradisional melonjak drastis. Seorang pedagang di Pasar Rawa Bebek, Jakarta, menyebutkan bahwa harga satu butir kelapa kini bisa mencapai Rp 25.000, tergantung ukuran. Padahal sebelumnya, harga normal berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per butir.

Kenaikan ini tentu sangat memberatkan, terutama bagi konsumen rumah tangga dan pelaku usaha makanan yang menggunakan kelapa sebagai bahan utama, seperti penjual kue tradisional, santan segar, dan olahan kelapa lainnya.

4. Pemerintah Berupaya Menjembatani Eksportir dan Industri Lokal

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Perdagangan telah melakukan pertemuan antara eksportir dan pelaku industri lokal guna mencari solusi yang adil. Namun, hingga kini belum ditemukan kesepakatan bersama terkait harga jual yang dapat diterima kedua belah pihak.

“Kita sudah pertemukan antara eksportir dan pelaku industri. Tapi belum ada kesepakatan. Kita akan terus cari solusi terbaiknya,” ujar Menteri Perdagangan, Budi Santoso, saat ditemui di Jakarta Pusat.

5. Solusi Jangka Pendek dan Panjang Perlu Segera Ditempuh

Jika situasi ini terus berlanjut tanpa solusi konkret, bukan tidak mungkin harga kelapa akan terus naik, dan pada akhirnya berdampak luas terhadap inflasi sektor pangan. Untuk itu, dibutuhkan solusi baik jangka pendek seperti regulasi ekspor sementara, hingga solusi jangka panjang seperti peningkatan produktivitas kelapa dalam negeri.

Pemerintah juga perlu menimbang kebijakan insentif harga bagi pelaku usaha lokal, agar tidak selalu kalah saing dengan pasar ekspor. Dengan begitu, keseimbangan antara kebutuhan domestik dan potensi keuntungan ekspor bisa tercapai secara adil.

6. Dampak Bagi Masyarakat dan UMKM

Lonjakan harga kelapa tak hanya memengaruhi konsumen rumah tangga, tetapi juga pelaku UMKM seperti tukang es kelapa muda, pembuat keripik kelapa, pedagang kue basah, hingga rumah makan yang bergantung pada santan kelapa.

Jika harga kelapa terus melambung, para pelaku usaha ini akan dipaksa menaikkan harga jual produk atau bahkan mengurangi produksi, yang bisa berujung pada turunnya daya saing produk lokal di tengah pasar yang semakin kompetitif.

Kenaikan harga kelapa secara drastis dalam beberapa pekan terakhir ternyata disebabkan oleh kecenderungan eksportir memilih pasar luar negeri yang menawarkan harga lebih tinggi. Sementara kebutuhan dalam negeri justru dikorbankan karena kalah bersaing dari sisi harga beli.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, perlu segera mengambil langkah strategis agar pasokan kelapa di dalam negeri tetap terjaga dan harga tetap terjangkau. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, bukan hanya konsumen rumah tangga yang terdampak, tetapi juga para pelaku UMKM yang menggantungkan hidup dari bisnis berbasis kelapa.

Fenomena Terkini






Trending