Harga Kelapa Melonjak hingga Rp 25 Ribu per Butir, Ini Penyebab Utamanya

18 April 2025 20:44 WIB
kelapa-parut-1744345881637_169.jpeg

Kuatbaca.com - Harga kelapa bulat di pasar-pasar tradisional tengah mengalami lonjakan signifikan. Bahkan, harga per butirnya kini menyentuh angka Rp 25.000, jauh melampaui harga normal yang biasanya berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Kenaikan ini bukan tanpa sebab. Pemerintah pun mulai buka suara, menyoroti penyebab utama dari meroketnya harga salah satu komoditas pertanian unggulan Indonesia ini.

1. Ekspor Jadi Pemicu Utama Lonjakan Harga

Menteri Perdagangan Budi Santoso menjelaskan bahwa penyebab utama dari melambungnya harga kelapa adalah karena banyaknya pelaku usaha yang memilih ekspor. Saat ini, harga kelapa di pasar ekspor lebih tinggi dibandingkan pasar domestik, sehingga para petani dan eksportir lebih memilih menjual hasil panennya ke luar negeri.

Menurut Budi, tingginya permintaan dari luar negeri membuat pasokan kelapa dalam negeri menurun drastis, yang kemudian menyebabkan kelangkaan dan berujung pada naiknya harga di pasar lokal. “Karena semua diekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri,” ujar Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan.

2. Pemerintah Akan Cari Titik Tengah antara Ekspor dan Kebutuhan Dalam Negeri

Sebagai langkah antisipatif, pemerintah berencana untuk memanggil petani, eksportir, dan pelaku usaha kelapa guna mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak. Pemerintah menyadari bahwa jika harga terlalu rendah, petani akan merugi, namun jika semua fokus pada ekspor, maka kebutuhan dalam negeri tidak terpenuhi.

“Kita ingin ada kesepakatan yang adil. Petani dan eksportir tetap untung, tetapi masyarakat juga bisa membeli kelapa dengan harga wajar,” jelas Budi.

3. Mentan: Permintaan Ekspor Tinggi, Percepatan Tanam Digenjot

Menteri Pertanian Amran Sulaiman turut menanggapi polemik harga kelapa ini. Ia menegaskan bahwa tingginya harga disebabkan oleh lonjakan permintaan ekspor yang belum diimbangi oleh peningkatan produksi dalam negeri. Untuk itu, pemerintah sedang berupaya melakukan percepatan tanam sebagai solusi jangka menengah.

“Kita ingin produksi meningkat karena demand-nya memang sedang tinggi. Maka kita percepat tanam, rehat, dan produksi kembali,” jelas Amran.

Amran juga menyebut bahwa saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa bulat terbesar di dunia, dengan produksi tahunan mencapai 1,8 hingga 1,9 juta ton. Namun, tingginya permintaan ekspor yang mendadak membuat distribusi dalam negeri tersendat.

4. Harga di Pasar Tradisional Naik Dua Kali Lipat

Lonjakan harga kelapa paling terasa di tingkat konsumen. Berdasarkan pantauan di Pasar Rawa Bebek, Jakarta, harga kelapa parut kini mencapai Rp 20.000–25.000 per butir, tergantung ukuran. Padahal dalam kondisi normal, harga kelapa hanya berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000.

Menurut salah satu pedagang, Usin, lonjakan harga ini cukup membuat konsumen mengeluh. “Sekarang Rp 20.000–25.000. Kalau normal, paling cuma Rp 10.000 buat yang kecil dan Rp 15.000 untuk yang besar,” ungkapnya.

5. Solusi Jangka Panjang: Regulasi Ekspor dan Diversifikasi Pasar

Pemerintah perlu menyusun kebijakan ekspor yang seimbang, agar distribusi hasil panen kelapa tidak sepenuhnya tersedot ke pasar luar negeri. Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah dengan mengatur kuota ekspor, memberikan insentif kepada petani yang memasok pasar lokal, serta meningkatkan produktivitas lahan lewat teknologi pertanian.

Langkah lain adalah diversifikasi pasar domestik, seperti memperluas industri olahan kelapa yang dapat menyerap produksi petani secara langsung. Dengan cara ini, petani tetap mendapatkan keuntungan tanpa harus tergantung sepenuhnya pada ekspor.

6. Jaga Keseimbangan demi Ketahanan Komoditas

Harga kelapa yang melonjak tajam menjadi peringatan bahwa ketidakseimbangan antara permintaan ekspor dan pasokan lokal dapat berdampak langsung ke masyarakat. Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas harga, melindungi kepentingan petani, serta memastikan kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi.

Melalui sinergi antara kebijakan perdagangan, pertanian, dan pelaku industri, diharapkan Indonesia bisa mempertahankan posisinya sebagai produsen kelapa dunia tanpa mengorbankan stabilitas harga di dalam negeri.

Fenomena Terkini






Trending