Garuda Indonesia Grounded 15 Pesawat, Ini Alasan dan Dampaknya Bagi Industri Penerbangan Nasional

6 May 2025 14:00 WIB
begini-perawatan-pesawat-garuda-untuk-cegah-penyebaran-covid-19-13_169.jpeg

1. Garuda Indonesia Klarifikasi Terkait 15 Pesawat yang Tidak Beroperasi

Kuatbaca.com - Garuda Indonesia Group akhirnya angkat bicara mengenai kabar penghentian operasional sementara terhadap 15 unit pesawat mereka. Kabar ini sempat menimbulkan kekhawatiran publik terkait keberlangsungan layanan maskapai pelat merah tersebut. Penjelasan resmi menyebutkan bahwa 15 pesawat yang kini “grounded” terdiri dari 14 pesawat milik Citilink dan satu pesawat dari Garuda Indonesia sendiri.

Menurut keterangan resmi dari Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi, seluruh pesawat tersebut saat ini dalam tahap penjadwalan untuk menjalani perawatan berat atau heavy maintenance. Prosedur ini mencakup penggantian suku cadang serta inspeksi mendalam guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang.

2. Penyebab Grounded: Supply Chain dan Keterbatasan Biaya

Permasalahan utama yang dihadapi maskapai dalam menyelesaikan perawatan ini terletak pada krisis rantai pasok suku cadang (supply chain disruption). Tantangan ini bukan hanya dialami oleh Garuda Indonesia, melainkan telah menjadi persoalan global yang menghantam hampir seluruh maskapai di dunia. Dalam kondisi ini, ketersediaan suku cadang menjadi terbatas dan waktu pengerjaan maintenance menjadi lebih lama dari biasanya.

Tidak hanya itu, dari sisi internal, Garuda juga dikabarkan mengalami tekanan biaya operasional, yang membuat perusahaan kesulitan untuk melakukan perawatan tepat waktu secara menyeluruh. Beberapa vendor dan pemasok suku cadang bahkan mulai meminta pembayaran di muka, menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap kondisi keuangan perusahaan.

3. Dampak Langsung ke Layanan Penumpang dan Armada

Saat ini, berdasarkan data pelacakan armada dari Cirium, Garuda Indonesia masih mengoperasikan 66 pesawat aktif, sementara 14 lainnya berada dalam status penyimpanan (stored). Penambahan 15 unit pesawat yang tidak beroperasi jelas berdampak pada efisiensi layanan dan potensi pengurangan frekuensi penerbangan, terutama di rute-rute domestik dan regional yang biasa dilayani oleh Citilink.

Namun, manajemen memastikan bahwa operasional Garuda dan Citilink tetap berlangsung, dan proses perawatan terhadap pesawat yang grounded akan dilakukan secara bertahap sepanjang tahun ini.

4. Strategi Restrukturisasi dan Tantangan Eksternal

Langkah penghentian sementara ini muncul di tengah upaya Garuda Indonesia untuk bangkit dari krisis panjang yang mendera sejak pandemi. Setelah menunjuk Wamildan Tsani Panjaitan sebagai CEO baru pada akhir 2024, Garuda berfokus pada restrukturisasi keuangan dan ekspansi jaringan internasional.

Namun, misi ini tidak mudah. Pemerintah Indonesia masih memberlakukan regulasi pembatasan harga tiket domestik, yang membuat maskapai sulit menaikkan tarif demi mengejar profitabilitas. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut memperberat beban operasional, mengingat sebagian besar biaya perawatan dan pembelian suku cadang dilakukan dalam mata uang asing.

5. Industri Penerbangan Nasional dalam Sorotan

Situasi Garuda mencerminkan tantangan besar yang tengah dihadapi industri penerbangan nasional. Biaya operasional yang melonjak, ketatnya regulasi tarif, serta fluktuasi ekonomi global menjadi tekanan ganda bagi maskapai penerbangan di Indonesia. Garuda bukan satu-satunya yang terdampak. Beberapa maskapai lain di Asia Tenggara juga dilaporkan mengalami kesulitan serupa.

6. Harapan dan Langkah Selanjutnya

Meski menghadapi tantangan berat, Garuda Indonesia menyatakan komitmennya untuk tetap menjaga kualitas layanan serta memastikan keselamatan penerbangan tetap menjadi prioritas utama. Optimalisasi jadwal perawatan, kerja sama strategis dengan pemasok, serta upaya peningkatan efisiensi operasional menjadi fokus jangka pendek yang akan dijalankan manajemen.

Pemerintah melalui Kementerian BUMN juga diharapkan turun tangan untuk memberikan solusi konkret, baik melalui stimulus finansial, insentif perawatan, maupun regulasi yang lebih fleksibel untuk mendukung keberlangsungan industri penerbangan nasional yang kini tengah berada di persimpangan jalan.

Fenomena Terkini






Trending