Dari Pakaian Impor ke Perlengkapan Bayi: Transformasi Bisnis Seorang Pengusaha di Depok

19 April 2025 17:56 WIB
kisah-bos-pakaian-impor-di-mal-banting-setir-jadi-pedagang-perlengkapan-bayi-1744941298748_169.jpeg

Kuatbaca.com-Perjalanan dunia bisnis kerap kali penuh dengan liku dan kejutan. Hal itu dirasakan langsung oleh seorang pengusaha bernama Mansyur yang pernah merajai bisnis pakaian impor di Jakarta, namun kini sukses menjalani usaha perlengkapan bayi di Sawangan, Depok. Kisahnya adalah gambaran nyata bagaimana krisis bisa menjadi pintu masuk bagi peluang baru yang lebih menjanjikan.


1. Kejayaan Bisnis Fesyen Sebelum Pandemi

Sebelum berganti arah, Mansyur dikenal sebagai pelaku usaha fesyen impor yang sukses. Ia memulai bisnisnya sejak awal 2000-an dan sempat membuka toko di pusat grosir terkenal WTC Mangga Dua. Perkembangan bisnisnya yang pesat membuatnya membuka cabang di Bekasi dan kemudian memperluas jangkauan ke Cengkareng, Jakarta Barat.

Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, omzet bisnisnya bisa menembus angka puluhan juta rupiah. Pakaian-pakaian impor yang ia jual diburu pelanggan dari kalangan menengah atas, terutama karena kualitas dan tren yang ditawarkan. Namun semua itu berubah drastis ketika pandemi COVID-19 melanda. Dengan diberlakukannya PPKM, aktivitas bisnis di pusat perbelanjaan menurun drastis. Mansyur terpaksa membayar sewa toko yang tinggi dan menggaji karyawan meskipun tidak ada pemasukan. Setelah bertahan selama beberapa bulan tanpa hasil, ia akhirnya menutup usahanya.

2. Membangun Harapan Baru di Tengah Krisis

Di tengah kekecewaan akibat tutupnya usaha fesyen, Mansyur memutuskan untuk memutar haluan. Dengan modal tabungan sebesar Rp150 juta, ia memulai usaha baru yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar, yaitu perlengkapan bayi. Keputusan ini ia ambil setelah melihat peluang di kawasan Sawangan yang mulai ramai dengan hunian baru dan keluarga muda.

Usahanya pun tak butuh waktu lama untuk mendapat tempat di hati masyarakat. Penjualan susu formula, popok, dan perlengkapan bayi lainnya menunjukkan tren positif. Meski belum sebesar bisnis fesyen di masa jayanya, usaha baru ini terbukti lebih stabil dan adaptif terhadap kondisi pasca-pandemi.


3. Strategi Bertahan: Diversifikasi dan Inovasi Digital

Tak berhenti di perlengkapan bayi, Mansyur juga mencoba membuka satu kios pakaian impor di sebelah tokonya. Namun hasilnya tidak menggembirakan, karena minat pasar terhadap pakaian impor menurun di daerah tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk menggabungkan dua usaha dalam satu toko, sembari mulai mengalokasikan dana ke sektor lain—yakni pertanian singkong di kampung halamannya di Lampung.

Di sana, ia mengelola dua hektare lahan pribadi dan menyewa tiga hektare tambahan untuk menanam singkong. Strategi diversifikasi ini membuat Mansyur memiliki dua sumber pendapatan yang saling menopang. Di sisi lain, ia juga mengadopsi teknologi pembayaran digital seperti QRIS untuk memudahkan pelanggan, mengikuti tren cashless yang semakin digemari.

4. Manfaat KUR dan Optimisme Menatap Masa Depan

Mansyur bukan hanya pebisnis tangguh, tapi juga cerdas memanfaatkan peluang pembiayaan. Ia beberapa kali menggunakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI untuk menambah modal usaha, mulai dari Rp20 juta hingga mencapai Rp100 juta. Saat pandemi berlangsung, ia termasuk penerima manfaat dari program restrukturisasi KUR, yang membantunya tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi.

Kini, meskipun fokusnya berada pada perlengkapan bayi dan pertanian, Mansyur mengaku masih menyimpan minat pada dunia fesyen. Ia tetap mengikuti tren dan berharap suatu saat bisa kembali meramaikan industri tersebut. Sementara itu, kios perlengkapan bayinya tetap melayani warga Depok yang membutuhkan produk bayi dengan harga terjangkau dan sistem pembayaran yang fleksibel.

Perjalanan Mansyur membuktikan bahwa adaptasi dan keberanian mengambil keputusan adalah kunci utama dalam dunia bisnis. Dari pengusaha pakaian impor yang berjaya di pusat perbelanjaan, hingga kini menjadi penjual perlengkapan bayi dan petani singkong, semua dilalui dengan tekad kuat dan strategi matang.

Usahanya menjadi contoh inspiratif bagi pelaku UMKM lainnya bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan pintu menuju keberhasilan yang baru. Transformasi ini tidak hanya menyelamatkan ekonominya, tapi juga membuka peluang baru di tengah tantangan zaman.

Fenomena Terkini






Trending