Boeing Menghadapi Tekanan Ekonomi Global, Ketegangan Perdagangan dengan China Tambah Buruk

Kuatbaca.com-Boeing, salah satu produsen pesawat terkemuka asal Amerika Serikat, tengah menghadapi serangkaian tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir. Setelah mengatasi masalah keselamatan yang serius pada beberapa model pesawatnya, kini perusahaan ini harus berhadapan dengan dampak dari ketegangan perdagangan yang terus meningkat, terutama dengan China. Masalah ini semakin memperburuk kondisi finansial Boeing yang sudah tertekan.
1. Dampak Tarif Perdagangan terhadap Harga Pesawat
Boeing kini harus menghadapi kenyataan bahwa tarif perdagangan yang dikenakan oleh berbagai negara, termasuk China, dapat meningkatkan harga jual pesawat buatannya. Ketergantungan perusahaan ini pada pemasok luar negeri membuat biaya produksi pesawat semakin tinggi. Misalnya, jika negara-negara lain mengenakan tarif balasan atas tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, harga pesawat Boeing bisa naik hingga jutaan dolar. Hal ini bisa berdampak langsung pada daya saing perusahaan di pasar internasional, yang semakin ketat dengan adanya persaingan dari produsen pesawat asal Eropa, Airbus.
Boeing juga harus menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan perdagangan yang stabil dengan negara-negara pengimpor pesawat utamanya. Mengingat bahwa industri kedirgantaraan memerlukan pasokan material yang sangat bergantung pada negara lain, pengenaan tarif ini bisa merugikan Boeing, yang sudah mengalami kesulitan dalam memenuhi pesanan akibat masalah produksi dan penurunan permintaan selama pandemi.
2. Pengembalian Pesawat dari China: Awal Masalah Baru
Boeing menghadapi pukulan langsung dari China, pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat untuk pesawat komersial. Beberapa pesawat yang telah diproduksi di fasilitas Boeing China dipulangkan ke fasilitas utama Boeing di Seattle, AS, akibat tarif perdagangan yang tinggi. China mengenakan tarif 125% untuk impor pesawat asal Amerika, sementara tarif AS terhadap produk China mencapai 145%. Kebijakan ini membuat pengiriman pesawat ke pelanggan China semakin sulit dan menambah beban finansial Boeing.
Kebijakan tarif yang saling mengenakan tarif balasan ini diperkirakan akan semakin memperburuk prospek pasar pesawat Boeing di China. Negara dengan pasar penerbangan yang berkembang pesat ini diprediksi akan membeli lebih dari 8.800 pesawat baru dalam dua dekade mendatang, namun ketegangan politik dan perdagangan dengan Amerika Serikat telah menyebabkan maskapai penerbangan China beralih ke pesaing Boeing, yakni Airbus, yang sudah meraih lebih banyak pesanan.
3. Pengaruh Ketergantungan pada Bahan Baku Impor
Selain tarif perdagangan yang merugikan, Boeing juga menghadapi masalah terkait dengan ketergantungan pada bahan baku dan komponen yang dipasok oleh negara lain. Sekitar 80% bahan baku pesawat Boeing diproduksi di luar Amerika Serikat, termasuk bahan penting seperti sayap pesawat 787 Dreamliner yang dipasok dari Jepang. Ketergantungan ini membuat biaya produksi Boeing semakin tertekan, karena setiap komponen impor yang terkena tarif tambahan akan meningkatkan biaya produksi pesawat.
Masalah ini semakin diperburuk oleh insiden-insiden teknis yang terjadi pada pesawat Boeing, seperti masalah pada pintu sumbat pesawat 737 Max yang melibatkan pemasok dari Malaysia. Ketergantungan pada berbagai pemasok global memang memberikan fleksibilitas dalam produksi, tetapi juga membuka potensi gangguan pasokan yang berdampak pada kemampuan Boeing untuk memenuhi target produksi dan pengiriman pesawat tepat waktu.
4. Kerugian Finansial yang Terus Membengkak
Sejak tahun 2018, Boeing belum melaporkan laba tahunan, dan perusahaan ini terus mengalami kerugian operasional yang cukup signifikan. Selama enam tahun terakhir, Boeing tercatat mengalami kerugian gabungan mencapai lebih dari 51 miliar dolar AS. Meskipun ada upaya untuk memperbaiki citra dan kepercayaan pasar setelah kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat 737 Max, tantangan yang terus datang membuat Boeing kesulitan untuk pulih sepenuhnya.
Industri penerbangan global yang tertekan oleh pandemi COVID-19, serta hambatan perdagangan dengan negara-negara besar seperti China, memperburuk prospek keuangan Boeing. Perusahaan ini harus mencari cara untuk bertahan dengan melakukan efisiensi biaya, inovasi produk, dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan para pemangku kepentingan global. Meski begitu, tantangan yang ada saat ini menunjukkan bahwa Boeing masih membutuhkan waktu dan strategi yang lebih matang untuk kembali ke jalur pertumbuhannya yang stabil.
Boeing saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat berat dari berbagai sisi. Tarif perdagangan yang tinggi, ketergantungan pada bahan baku impor, serta masalah produksi yang terus mengganggu perusahaan semakin menambah tekanan finansial bagi produsen pesawat ini. Ketegangan perdagangan dengan China menjadi salah satu hambatan terbesar dalam menjaga posisi Boeing di pasar pesawat global. Meski begitu, Boeing masih memiliki peluang untuk bangkit dengan inovasi dan penyesuaian strategi yang tepat. Namun, kesulitan yang terus menerpa perusahaan ini menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih besar.