BMKG Ingatkan Langit RI Akan Tertutup Awan, Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

2 July 2025 16:14 WIB
ilustrasi-cuaca-ekstrem-3.jpeg

1. Hujan Masih Mengintai Meski Sudah Musim Kemarau

Kuatbaca.com - Meski sekitar 25% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih tinggi di berbagai daerah. Sejumlah wilayah bahkan mencatat curah hujan ekstrem di atas 100 mm/hari. Misalnya, Kabupaten Mimika (138 mm/hari), Maluku Tenggara (108,1 mm/hari), dan Kota Kendari (107,4 mm/hari).

Fenomena ini membuktikan bahwa transisi musim bukan berarti bebas dari potensi bencana hidrometeorologi. Perubahan cuaca bisa terjadi sangat cepat, dengan langit tertutup awan dan kondisi atmosfer yang masih sangat dinamis.

2. Faktor Global Picu Pembentukan Awan dan Cuaca Buruk

BMKG menjelaskan bahwa intensitas hujan tinggi dipicu oleh beberapa faktor atmosfer global. Salah satunya adalah aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), yang saat ini aktif di wilayah maritim Indonesia. Selain itu, ada gelombang atmosfer tropis seperti Kelvin dan Rossby Ekuator, yang turut memicu pertumbuhan awan hujan.

Kelembapan udara yang tinggi juga menjadi bahan bakar utama pembentukan awan konvektif. Hal ini menyebabkan hujan lebat berpotensi terjadi bahkan di wilayah yang telah resmi memasuki kemarau. Fenomena ini menegaskan pentingnya kesiapsiagaan cuaca di semua wilayah.

3. Prediksi: Langit Tertutup Awan di Selatan dan Timur Indonesia

Dalam prediksi cuaca sepekan ke depan, BMKG menyatakan bahwa Indonesia bagian selatan dan timur akan mengalami peningkatan tutupan awan. Hal ini dilihat dari data anomali radiasi gelombang panjang (OLR) yang bernilai negatif — indikator langit mendung dan potensi hujan.

Gelombang Kelvin diprediksi aktif di sejumlah daerah seperti Aceh, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Papua Selatan, sementara Gelombang Rossby aktif di Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan. Dinamika atmosfer ini membuat cuaca ekstrem seperti hujan petir dan angin kencang sangat mungkin terjadi.

4. Sirkulasi Siklonik dan Angin Kencang Picu Gelombang Tinggi

BMKG juga mencatat adanya sirkulasi siklonik di perairan barat daya Lampung dan Selat Karimata. Sistem ini membentuk daerah konvergensi dan konfluensi angin, yang memperkuat ketidakstabilan atmosfer dan berkontribusi terhadap terbentuknya awan badai.

Lebih dari itu, angin permukaan berkecepatan lebih dari 25 knot telah terdeteksi di sejumlah perairan strategis seperti Laut Cina Selatan, selatan Jawa hingga NTT, Sulawesi Utara, Laut Banda, dan Laut Arafuru. Ini berpotensi memicu gelombang tinggi, terutama di wilayah laut terbuka yang langsung terpapar angin.

5. Dorongan Udara Kering Juga Bisa Timbulkan Cuaca Ekstrem

Fenomena intrusi udara kering dari belahan bumi selatan turut memperkuat ketidakstabilan atmosfer. Udara kering ini mendorong uap air basah yang berada di wilayah Indonesia, menciptakan ketegangan termal yang bisa memicu hujan lebat, khususnya di Jawa bagian barat dan tengah.

6. Prakiraan Cuaca 1–7 Juli 2025: Daerah Rawan Dapat Peringatan Siaga

Periode 1–3 Juli 2025, hujan intensitas sedang hingga lebat diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk:

  • Sumatera bagian utara dan selatan
  • Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT
  • Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua

Peringatan dini (Siaga):

  • Hujan lebat: Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua Selatan
  • Angin kencang: Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, Papua Selatan

Periode 4–7 Juli 2025, pola cuaca masih serupa:

  • Peningkatan hujan di Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua

Peringatan dini (Siaga):

  • Hujan lebat: Jawa Tengah, Papua Pegunungan
  • Angin kencang: Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua Selatan

7. Imbauan BMKG: Tetap Waspada, Siaga Hadapi Cuaca Ekstrem

BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Selalu memperhatikan perubahan cuaca harian yang sangat cepat
  • Menghindari aktivitas luar saat hujan lebat dan petir
  • Menjauhi pohon, tiang, dan bangunan rapuh saat angin kencang
  • Siap menghadapi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor
  • Memantau cuaca resmi melalui website BMKG, aplikasi infoBMKG, atau media sosial @infoBMKG
  • Jangan panik, tetap waspada dan pahami prosedur evakuasi jika diperlukan

Cuaca Masih Tak Stabil, Waspada adalah Kunci

Walau musim kemarau mulai memasuki sebagian wilayah, cuaca ekstrem dan hujan lebat masih mengancam Indonesia dalam beberapa hari ke depan. BMKG mengingatkan bahwa pemahaman terhadap fenomena atmosfer global dan kebiasaan memantau prakiraan cuaca dapat menyelamatkan banyak nyawa dan harta benda.

Fenomena Terkini






Trending