Kuatbaca.com - Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Bank Indonesia (BI) menyuarakan tiga langkah penting untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini disampaikan dalam rangkaian Pertemuan Musim Semi International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat, pada 22–26 April 2025.
1. Bank Indonesia Dorong IMF Aktif Menjaga Perdagangan Global
Gubernur BI Perry Warjiyo, yang memimpin delegasi Indonesia bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menegaskan pentingnya peran organisasi internasional seperti IMF untuk tetap aktif dalam mendukung perdagangan global yang terbuka.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, IMF sebagai representasi 191 negara anggota, memiliki peran strategis dalam menggalang suara bersama untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan global. BI meminta IMF untuk lebih tegas dalam menyuarakan pentingnya keterbukaan perdagangan internasional di tengah tekanan proteksionisme yang makin kuat.
2. Komitmen ASEAN dan Dukungan Diversifikasi Pasar
Poin kedua yang disampaikan BI adalah komitmen kuat negara-negara ASEAN terhadap sistem perdagangan multilateral yang inklusif dan berbasis aturan (rule-based). Dalam forum tersebut, BI juga mengapresiasi panduan dari IMF yang mendorong peningkatan perdagangan antarnegara kawasan (intra-regional trade), diversifikasi pasar ekspor, integrasi pasar modal, dan reformasi struktural di negara-negara berkembang.
Langkah ini dinilai sangat relevan untuk memperkuat ketahanan ekonomi domestik masing-masing negara, termasuk Indonesia, dalam menghadapi tekanan eksternal akibat ketidakpastian global.
3. Penerapan Integrated Policy Framework (IPF) untuk Stabilitas Ekonomi
Strategi ketiga yang disuarakan BI adalah dukungan terhadap penerapan Integrated Policy Framework (IPF). IPF merupakan pendekatan yang mengintegrasikan kebijakan moneter, fiskal, makroprudensial, dan manajemen aliran modal untuk menghadapi guncangan ekonomi global.
Ramdan menyebutkan bahwa pengalaman Indonesia dalam menerapkan bauran kebijakan IPF telah terbukti efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Oleh sebab itu, BI berharap IMF dapat memperluas penerapan IPF kepada lebih banyak negara dengan mempertimbangkan karakteristik spesifik masing-masing negara.
4. Dorongan Reformasi IMF dan Penguatan Jaring Keuangan Global
Dalam kesempatan tersebut, Bank Indonesia juga mengingatkan pentingnya reformasi IMF, khususnya dalam hal kuota dan kapasitas keuangan. BI mendorong IMF untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global, termasuk memperdalam kolaborasi dengan inisiatif regional seperti Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM).
Upaya ini dinilai vital agar IMF tetap mampu memberikan dukungan cepat dan efektif kepada negara-negara anggota dalam menghadapi krisis global yang tidak terduga.
5. Agenda Global IMF dan Rekomendasi Strategis
Dalam forum IMF-World Bank, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral sepakat mengadopsi Global Policy Agenda, yang memuat tiga rekomendasi utama:
Forum ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmennya memperkuat kolaborasi internasional, sembari tetap menjaga daya saing dan stabilitas ekonomi nasional di tengah tantangan global.