Akses Baru Stasiun Tanjung Barat Dikeluhkan Penumpang: Muter Jauh, Capek, dan Kurang Efisien

Kuatbaca.com - Perubahan akses masuk di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, menuai beragam reaksi dari penumpang KRL Commuter Line. Meski dibuat untuk meningkatkan konektivitas, terutama dengan Apartemen Samesta Mahata, nyatanya akses baru ini dinilai kurang ramah bagi pengguna yang sudah terbiasa dengan rute lama.
1. Penumpang Harus Memutar Jauh, Tambah Waktu dan Tenaga
Salah satu penumpang, Nia (28), mengaku kecewa karena kini dirinya harus memutar cukup jauh untuk masuk ke stasiun. Dulu, ia bisa langsung masuk dari jembatan penyeberangan orang (JPO), namun akses tersebut kini dialihkan sepenuhnya melalui jalur baru.
“Muternya jauh banget. Kalau biasanya keluar pintu bisa langsung naik JPO, sekarang mesti muter dulu,” keluhnya, Sabtu (17/5/2025).
Meski telah tersedia petunjuk arah yang cukup jelas, Nia menilai jarak yang harus ditempuh terasa jauh lebih melelahkan, apalagi di tengah rutinitas harian yang padat.
2. Jalur Baru Dikhawatirkan Tak Aman bagi Pengguna Harian
Keluhan serupa juga disampaikan Lika (27), penumpang lain yang setiap hari menggunakan KRL dari dan ke Stasiun Tanjung Barat. Ia merasa kelelahan karena tambahan jarak yang kini harus ditempuh, terutama saat pulang kerja.
“Kadang kan udah capek banget pulang kerja, sekarang mesti jalan lebih jauh dan naik JPO lagi. Cukup melelahkan,” katanya.
Lika juga menyoroti faktor keamanan. Menurutnya, jika ingin mempersingkat waktu dan tidak lewat JPO, pengguna harus menyeberang langsung di jalan raya yang padat lalu lintas. Hal ini dianggap membahayakan keselamatan pengguna, terutama lansia dan anak-anak.
3. KAI Akui Ada Tambahan Waktu Tempuh, Sebut Ini Uji Coba
Menanggapi keluhan penumpang, PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Daop 1 Jakarta menjelaskan bahwa akses baru tersebut masih dalam tahap uji coba. Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menyebutkan bahwa memang ada tambahan waktu tempuh sekitar 6 menit dari titik hunian ke peron stasiun.
“Namun, penumpang juga menyambut baik hadirnya jalur alternatif yang lebih tenang dan langsung menuju area peron,” ujar Anne.
Uji coba dilakukan sejak 16 Mei 2025 pada pukul 06.00–08.00 WIB dan diawasi langsung oleh petugas untuk memastikan alur pergerakan penumpang tetap lancar.
4. Usulan Perbaikan dan Evaluasi Akses Dua Arah
Beberapa penumpang juga menyampaikan saran kepada pihak KAI agar akses baru tidak hanya digunakan satu arah, melainkan bisa difungsikan dua arah (tap in dan tap out). Hal ini dinilai akan mempercepat alur penumpang, terutama saat jam sibuk.
Anne menyambut baik semua masukan yang masuk dan menegaskan bahwa proses penyempurnaan fasilitas akan terus berjalan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah masalah teknis eskalator yang sempat tidak berfungsi saat jam sibuk.
“Peningkatan keandalan fasilitas akan menjadi prioritas kami dalam tahap penyempurnaan selanjutnya,” jelasnya.
5. Evaluasi Diperlukan, Keseimbangan antara Kenyamanan dan Konektivitas
Meskipun konektivitas ke hunian vertikal seperti Apartemen Samesta Mahata merupakan langkah positif dalam integrasi moda transportasi, kenyamanan dan efisiensi bagi penumpang harian juga harus menjadi prioritas. Penyesuaian yang terlalu mendadak atau minim sosialisasi dapat menimbulkan resistensi dari masyarakat pengguna.
KAI diharapkan bisa melakukan evaluasi menyeluruh terhadap akses baru ini. Keseimbangan antara efisiensi perjalanan, keamanan pengguna, dan integrasi transportasi menjadi kunci keberhasilan proyek aksesibilitas seperti ini.
Akses baru di Stasiun Tanjung Barat memang memiliki tujuan mulia untuk mendekatkan transportasi publik dengan hunian terintegrasi. Namun dalam praktiknya, penyesuaian ini belum sepenuhnya menguntungkan bagi semua penumpang. Keluhan soal jarak tempuh yang lebih jauh dan rasa lelah setelah bekerja menjadi perhatian yang harus segera ditindaklanjuti. Sinkronisasi antara pembangunan infrastruktur dan kenyamanan pengguna harus terus dijaga agar integrasi transportasi bisa diterima dan dimanfaatkan dengan optimal.