Jakarta - Pandemi Covid-19 yang melanda pada tahun 2020 silam membuat sektor toko offline terkena imbasnya. Tak sedikit pula yang akhirnya kandas dan gulung tikar, seperti di Glodok City.
Namun, tatkala pandemi mereda, kondisi toko offline tidak serta merta kembali ke sedia kala. Seperti yang terpantau oleh detikcom di Glodok City, Jakarta Barat, Jumat (23/09/2022).
Pemilik gerai speaker, Asau mengatakan, pasca pandemi mereda kondisi pusat perbelanjaan tersebut belum kembali seperti semula. Bahkan menurutnya, kemungkinannya sangat kecil.
"Orang-orang kan waktu pandemi kemarin sudah terbiasa dengan online. Jadi saya rasa untuk kembali ke dulu hampir nggak mungkin. Karena online itu," kata Asau, kepada detikcom.
Asau yang telah berjualan di sana selama 6 tahun itu mengakui pandemi Covid-19 sebagai alasan utama Glodok City sepi, hingga memperkuat sektor toko online. "Yang utama itu ya karena pandemi dan online. Sejak itu pengunjung jadi sepi sekali," katanya.
Meski demikian, ia tetap bersikukuh untuk tidak berjualan online. Baginya, kualitas produk merupakan nilai jual nomor satu. Nilai itu hanya dapat dipastikan dengan datang secara langsung.
Di sisi lain, ada juga pedagang yang telah mencoba peruntungannya dengan ikut membuka toko online namun tak membuahkan hasil berarti. Ia yang tidak mau disebutkan namanya ini telah membuka jasa service Play Station di Glodok City sejak 6 tahun lalu.
"Saya buka juga online. Tapi coba aja ini lihat, saya packing cuman satu. Ini juga syukur ada," katanya.
Entah mengapa, katanya, pelanggan toko onlinenya justru semenjak pandemi mereda semakin berkurang. Bahkan, ia bisa tidak memiliki pelanggan dalam waktu satu minggu.
"Dulu sebelum pandemi itu istilahnya saya sering lembur lah, kadang pulang jam 9. Kalau sekarang kadang pulang jam 3, jam 2, kadang-kadang cuman nyiapin online satu aja," ungkapnya.
Karena kondisi yang menimpanya saat ini, ia merasa kesulitan. Ia mengatakan, kadang-kadang penghasilannya pun tidak mencukupi lantaran untung yang ia ambil pun kecil untuk satu produknya.
"Bukan turun beberapa persen lagi (omset), hampir 80% nggak ada sekarang. Sekarang kalau disebut untuk kebutuhan keluarga, kalau disebut kurang ya bisa kurang," jelasnya.
Dulunya, ia membuka dua gerai di Glodok City yang bersebelahan karena pengunjungnya terbilang ramai. Namun kala pandemi melanda, ia terpaksa menutup satu tokonya karena tidak kuat membayarnya. Kini, ia harus membayar sewa di kisaran Rp 450 ribu per bulannya.
"Saya dulu buka dua kios ini, sekarang satu saja udah susah. Istilahnya untuk pengunjung itu dulu mereka bisa ngantri sampai 4-5 orang. Sekarang? Satu aja bisa nggak ada," katanya.