LG Mundur dari Mega Proyek Baterai Listrik di Indonesia, Ada Apa?

21 April 2025 17:16 WIB
db7e2595-1815-4f9c-837b-509211d9efc6_169.jpeg

Kuatbaca - Kabar mengejutkan datang dari dunia investasi industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia. LG Energy Solution, anak usaha dari raksasa teknologi asal Korea Selatan LG Group, memutuskan menarik diri dari proyek besar senilai Rp 129 triliun atau sekitar US$ 8,45 miliar yang sebelumnya digagas bersama pemerintah Indonesia. Keputusan ini sekaligus menggugurkan harapan terhadap salah satu investasi strategis terbesar di sektor hilirisasi baterai listrik dalam negeri.

Ambisi Besar, Tapi Tak Sesuai Harapan

Proyek yang dikenal dengan nama Grand Package (GP) ini awalnya diumumkan dengan penuh semangat pada akhir tahun 2020. Skema investasinya mencakup seluruh rantai pasok baterai kendaraan listrik—mulai dari tambang nikel, pemurnian, produksi prekursor dan katoda, hingga pabrik sel baterai dan daur ulang. Indonesia pun menaruh harapan besar pada proyek ini sebagai langkah nyata menuju ekosistem kendaraan listrik nasional.

Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan global ikut menggoyahkan fondasi rencana tersebut. Dalam pernyataan resminya, LG menyatakan keputusan keluar dari proyek GP dilakukan setelah mempertimbangkan berbagai dinamika global yang terus berubah. Ketidakpastian ekonomi, gejolak geopolitik, dan penurunan permintaan kendaraan listrik secara global membuat kalkulasi ulang menjadi langkah yang dianggap lebih rasional.

Pasar Global EV Tak Lagi Bergairah?

Salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan LG adalah terjadinya perlambatan permintaan kendaraan listrik secara global. Setelah sempat booming dalam beberapa tahun terakhir, pasar EV kini mulai mengalami fase penyesuaian. Beberapa pabrikan besar, termasuk di Eropa dan Amerika Serikat, tengah melakukan evaluasi ulang terhadap target produksi mereka, di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan dan lesunya permintaan dari konsumen.

Perlambatan ini otomatis menekan kebutuhan akan baterai kendaraan listrik dalam jangka pendek. Bagi investor sebesar LG, berinvestasi dalam proyek skala raksasa membutuhkan kepastian prospek jangka panjang—dan dalam kondisi saat ini, kepastian itu masih abu-abu.

Meski mundur dari proyek Grand Package, LG tak sepenuhnya hengkang dari Indonesia. Perusahaan menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan proyek lain yang sudah berjalan, yakni HLI Green Power. Proyek ini merupakan usaha patungan antara LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group yang fokus pada produksi sel baterai EV.

Pabrik HLI Green Power yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, bahkan telah mulai beroperasi dan memiliki kapasitas produksi awal sebesar 10 gigawatt-jam (GWh) per tahun. Fase pengembangan selanjutnya pun masih direncanakan, dengan target untuk meningkatkan kapasitas di tahun-tahun mendatang. Dengan tetap berjalannya proyek ini, Indonesia masih menjadi bagian penting dalam peta strategi LG untuk sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara.

Pelajaran bagi Indonesia: Tak Cukup Andalkan Komitmen Awal

Keluarnya LG dari proyek GP menjadi pelajaran penting bagi pemerintah dan pelaku industri dalam negeri. Dalam dunia investasi berskala besar, komitmen awal bukan jaminan bahwa semua rencana akan berjalan mulus hingga akhir. Berbagai dinamika eksternal, terutama yang berkaitan dengan pasar global dan kebijakan ekonomi makro, bisa mengubah arah strategi dalam sekejap.

Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat ekosistem investasi yang lebih fleksibel dan berkelanjutan. Bukan hanya fokus menarik investor besar, tapi juga memastikan kesiapan infrastruktur, kepastian hukum, serta daya saing industri lokal agar bisa bertahan dalam gejolak global.

Meski keputusan LG mengecewakan banyak pihak, belum semuanya hilang. Keberadaan HLI Green Power tetap menjadi simbol kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan di sektor kendaraan listrik. Proyek ini juga membuka jalan bagi transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan kapasitas manufaktur lokal.

Ke depan, tantangan utamanya adalah menjaga kepercayaan investor lain yang tengah menjajaki potensi Indonesia sebagai pusat industri EV dunia. LG boleh mundur dari satu proyek, tetapi perjalanan transformasi energi Indonesia belum selesai. Sebaliknya, ini bisa menjadi momentum untuk membuktikan bahwa negeri ini tetap menjadi pemain kunci dalam transisi energi global.

teknologi

Fenomena Terkini






Trending