Kecepatan Internet RI Masih di Angka 40 Mbps, Target 100 Mbps Jadi Pekerjaan Rumah Berat

12 June 2025 09:28 WIB
ilustrasi-koneksi-internet_169.jpeg

Kuatbaca - Indonesia masih harus menempuh perjalanan panjang untuk mewujudkan ambisi menyediakan internet cepat hingga 100 Mbps secara merata. Di tengah gempuran era digital yang menuntut koneksi kencang dan stabil, kenyataannya kecepatan internet nasional masih bertengger di angka 40-an Mbps—jauh di bawah target dan tertinggal dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Capaian Saat Ini: Masih Tertinggal di Belakang

Menurut laporan terkini yang menghimpun data dari seluruh dunia, kecepatan internet seluler di Indonesia rata-rata hanya mencapai sekitar 40,51 Mbps. Angka ini justru menunjukkan tren penurunan, karena Indonesia turun dua peringkat secara global ke posisi 85 dari total 104 negara yang disurvei.

Kondisi ini semakin terasa kontras jika dibandingkan dengan pencapaian negara-negara tetangga. Malaysia, Singapura, dan Vietnam berhasil mencatat kecepatan internet seluler di atas 130 Mbps. Bahkan Singapura, dengan luas wilayah yang jauh lebih kecil, mencatat hampir empat kali lipat dari kecepatan rata-rata Indonesia.

Koneksi Tetap Tak Kalah Lesu

Tidak hanya internet seluler, koneksi tetap atau fixed broadband di Indonesia juga masih jauh dari kata memuaskan. Meski sempat mencatat kenaikan tiga peringkat secara global, posisi Indonesia di kategori ini masih tertinggal dengan kecepatan rata-rata sekitar 34,37 Mbps. Ini menempatkan Indonesia di posisi ke-120 dari 155 negara—hanya lebih unggul dari Myanmar di kawasan Asia Tenggara.

Negara seperti Thailand dan Vietnam sudah melesat jauh di depan, mencatat kecepatan internet tetap yang menyentuh hingga dua ratusan Mbps. Sementara Singapura kembali menunjukkan dominasinya dengan kecepatan fixed broadband tertinggi di dunia yang menyentuh lebih dari 360 Mbps.

Jauh dari Rata-Rata Dunia

Jika dibandingkan dengan rata-rata global, kecepatan internet Indonesia—baik seluler maupun tetap—masih jauh di bawah standar. Di seluruh dunia, kecepatan rata-rata unduh internet seluler sudah berada di kisaran 92,31 Mbps, sedangkan internet tetap bahkan lebih tinggi lagi, yakni sekitar 101,37 Mbps. Artinya, pengguna internet di Indonesia saat ini menikmati kecepatan yang hanya setengah atau bahkan sepertiga dari apa yang menjadi standar global.

Lambatnya peningkatan kecepatan internet di Indonesia bukan tanpa sebab. Masalah infrastruktur yang belum merata, terutama di luar Pulau Jawa, menjadi hambatan utama. Jaringan serat optik yang belum menjangkau seluruh wilayah serta keterbatasan BTS dan kapasitas jaringan membuat distribusi koneksi cepat masih menjadi tantangan besar.

Di sisi lain, tarif internet yang terjangkau seringkali tidak dibarengi dengan kualitas layanan yang mumpuni. Pemerintah dan pelaku industri perlu bersinergi untuk mempercepat pembangunan jaringan dan meningkatkan kapasitas layanan agar kecepatan bisa naik tanpa membebani konsumen secara finansial.

Ambisi pemerintah untuk menghadirkan layanan internet 100 Mbps di seluruh Indonesia bukanlah hal mustahil, tapi memerlukan strategi yang solid dan eksekusi yang konsisten. Selain menambah investasi dalam infrastruktur digital, percepatan adopsi teknologi jaringan generasi terbaru seperti 5G, perluasan jaringan backbone, serta regulasi yang mendorong kolaborasi operator juga harus dijalankan secara menyeluruh.

Program pemerintah yang menyasar internet cepat dengan harga terjangkau, seperti rencana pengadaan paket internet 100 Mbps seharga Rp 100 ribu, tentu disambut baik. Namun, realisasi proyek ini membutuhkan koordinasi yang erat dan transparansi dalam pelaksanaannya, agar tidak hanya menjadi wacana di atas kertas.

Di tengah geliat transformasi digital yang semakin pesat, kecepatan internet bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, melainkan fondasi utama. Tanpa koneksi yang memadai, Indonesia berisiko tertinggal lebih jauh, baik dari sisi pendidikan, ekonomi digital, maupun inovasi teknologi.

Mewujudkan internet 100 Mbps secara merata di seluruh Indonesia mungkin masih berupa mimpi saat ini. Tapi jika semua pihak—pemerintah, operator, dan masyarakat—bergerak bersama, bukan tak mungkin mimpi itu bisa menjadi kenyataan di masa depan yang tidak terlalu jauh.

teknologi

Fenomena Terkini






Trending