CEO Nvidia Peringatkan Potensi Kerugian Besar AS Jika Abaikan Pasar AI China

11 May 2025 11:46 WIB
ceo-nvidia-jensen-huang-4.jpeg

Kuatbaca.com - Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) di China menjadi sorotan utama dunia teknologi global. Di tengah ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China, CEO Nvidia Jensen Huang memberikan pernyataan tajam mengenai risiko ekonomi besar yang mungkin dihadapi AS jika terus membatasi akses perusahaan teknologi seperti Nvidia ke pasar Tiongkok. Huang menilai bahwa pasar AI China sangat vital, bahkan bisa mencapai nilai puluhan miliar dolar dalam waktu dekat.

1. Potensi Pasar AI di China Sangat Besar

Menurut Jensen Huang, dalam dua hingga tiga tahun ke depan, pasar kecerdasan buatan di China bisa tumbuh signifikan hingga mencapai sekitar USD 50 miliar. Angka ini mencerminkan besarnya permintaan dan investasi yang sedang berlangsung di sektor AI di negara tersebut. Dengan populasi yang besar dan adopsi teknologi yang cepat, China dinilai menjadi ladang subur bagi perusahaan penyedia solusi AI seperti Nvidia. Jika peluang ini terlewatkan, Huang menilai hal itu akan menjadi kerugian strategis dan ekonomi yang serius bagi Amerika Serikat.

2. Kerugian Ekonomi Langsung Jika Dibatasi

Huang secara terbuka menyampaikan bahwa kehilangan akses ke pasar China dapat berdampak langsung pada pendapatan Nvidia. Bahkan, perusahaan memperkirakan potensi kerugian hingga USD 5,5 miliar akibat pembatasan ekspor chip AI ke China yang diberlakukan oleh pemerintahan AS. Hal ini tidak hanya berdampak pada pendapatan perusahaan, tetapi juga berimbas pada potensi penerimaan pajak dan lapangan kerja yang bisa tercipta di dalam negeri. "Kami akan mengikuti apa pun kebijakan pemerintah demi kepentingan nasional, tapi harus tetap gesit menyikapinya," kata Huang dalam wawancara.

3. Ketegangan Perdagangan Hambat Inovasi

Langkah pemerintah Amerika Serikat yang membatasi pengiriman chip-chip canggih Nvidia ke China, termasuk seri H20, dinilai sebagai hambatan besar dalam pertumbuhan industri AI global. Padahal, Nvidia adalah salah satu pionir dalam penyediaan GPU yang sangat penting dalam pengembangan model-model AI, dari pelatihan hingga penerapannya dalam berbagai industri. Ketegangan ini memperlambat inovasi dan mempersempit ruang kolaborasi antara dua kekuatan teknologi terbesar dunia. Hal ini juga menyebabkan saham Nvidia mengalami penurunan sekitar 15% sepanjang tahun ini.

4. China Tidak Tertinggal dalam Persaingan AI

Huang juga menyoroti bahwa China tidak lagi dianggap tertinggal dalam teknologi AI. Bahkan, perusahaan-perusahaan seperti Huawei dinilainya sebagai pemain yang sangat tangguh dan inovatif. Dengan kapasitas riset dan pengembangan yang kuat, China mampu mengembangkan teknologi alternatif yang kompetitif. Ini menunjukkan bahwa membatasi hubungan teknologi hanya akan mempercepat upaya China membangun ekosistem mandiri yang terlepas dari dominasi teknologi Amerika. Huang seolah ingin menyampaikan bahwa kolaborasi, bukan konfrontasi, adalah jalan terbaik untuk memajukan AI secara global.

5. Seruan untuk Menunjukkan Kepemimpinan AI Amerika

Di tengah situasi yang menantang ini, Huang menyerukan agar Amerika Serikat tetap menunjukkan kepemimpinannya dalam bidang AI kepada dunia. Menurutnya, saat ini adalah momen penting di mana dunia sangat tertarik dan haus akan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan. Oleh karena itu, Nvidia dan perusahaan-perusahaan teknologi AS lainnya harus mampu membawa solusi AI unggulan ke pasar global, termasuk China, yang merupakan salah satu pengguna terbesar teknologi tersebut. Seruan ini mencerminkan semangat kompetitif sekaligus ajakan untuk bersikap terbuka secara strategis.

teknologi

Fenomena Terkini






Trending