Konversi BBM ke Gas Jadi Solusi Strategis Tekan Impor dan Subsidi Energi RI

Kuatbaca.com - Dalam rangka memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah Indonesia didorong untuk mempercepat konversi BBM ke gas. Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai langkah ini tidak hanya strategis dalam konteks efisiensi anggaran, tapi juga merupakan solusi jangka panjang memanfaatkan cadangan gas bumi Indonesia yang melimpah.
1. Impor BBM Dinilai Tidak Lagi Efisien, Pemerintah Siap Setop dari Singapura
Saat ini, sekitar 54–59% impor BBM Indonesia berasal dari Singapura. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut harga beli BBM dari Singapura sebanding dengan harga dari negara-negara di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, pemerintah berencana menghentikan impor dari Singapura secara bertahap dalam enam bulan ke depan, dan mulai mengalihkan pasokan ke negara lain seperti negara Teluk dan Amerika Serikat (AS).
“Tahap sekarang bisa sampai 50-60 persen, dan suatu saat akan nol,” ujar Bahlil.
2. Konversi BBM ke Gas Jadi Solusi Jangka Panjang
Hadi Ismoyo menegaskan bahwa dalam jangka pendek, impor BBM mungkin masih diperlukan. Namun untuk jangka menengah dan panjang, konversi ke energi gas lebih masuk akal secara ekonomi dan geopolitik.
Indonesia memiliki cadangan gas bumi besar yang hingga kini masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk konsumsi dalam negeri, khususnya di sektor transportasi dan industri rumah tangga.
3. Infrastruktur Gas Harus Dipercepat
Hadi juga menyoroti bahwa konversi BBM ke gas hanya akan efektif jika pemerintah serius membangun infrastruktur gas seperti jaringan pipa, SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas), serta fasilitas regasifikasi dan distribusi gas di kota-kota besar.
Pembangunan infrastruktur ini akan menjadi tulang punggung konversi energi, serta mendorong penggunaan energi bersih yang lebih murah dan efisien untuk masyarakat luas.
4. Subsidi Energi Membengkak, Gas Jadi Alternatif Efisiensi
Indonesia saat ini mengalokasikan hampir Rp 300 triliun per tahun untuk subsidi energi, terutama untuk BBM dan LPG bersubsidi. Menurut Hadi, jika sebagian dana subsidi ini bisa dialihkan ke sektor gas dan pembangunan infrastruktur, maka:
- Pemerintah bisa mengurangi beban APBN
- Masyarakat tetap bisa menikmati energi murah
- Sektor lain seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur bisa mendapatkan porsi anggaran lebih besar
5. Dermaga Khusus untuk BBM Impor dari Timur Tengah Disiapkan
Sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber impor, Pertamina sedang membangun dermaga dan fasilitas pelabuhan yang mampu menerima kapal tanker besar. Hal ini berbeda dengan pengiriman dari Singapura yang umumnya menggunakan kapal berukuran kecil.
Infrastruktur baru ini diharapkan bisa menekan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi distribusi BBM dari negara-negara penghasil utama.
6. Geopolitik dan Tarif Jadi Faktor Tambahan
Konflik geopolitik dan kebijakan tarif juga turut mendorong perubahan arah impor energi Indonesia. Pemerintah AS saat ini menerapkan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap Indonesia, yang bisa memengaruhi ekspor produk dalam negeri.
Sebagai kompensasi dalam negosiasi, Indonesia menawarkan untuk membeli produk minyak, gas, dan LPG dari AS guna menjaga keseimbangan neraca perdagangan dan menjalin hubungan strategis bilateral.
7. Diversifikasi Energi = Ketahanan Nasional
Langkah konversi energi dari BBM ke gas merupakan bagian dari strategi ketahanan energi nasional, yaitu mengurangi ketergantungan terhadap impor, meningkatkan pemanfaatan sumber daya domestik, serta menciptakan energi yang lebih ramah lingkungan.
Gas bumi dinilai sebagai jembatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Konversi BBM ke Gas adalah Keniscayaan Energi Nasional
Dengan cadangan gas bumi yang melimpah, konversi BBM ke gas bukan sekadar opsi alternatif, melainkan solusi strategis untuk mengurangi impor, menekan subsidi, dan memperkuat kedaulatan energi nasional. Namun, agar ini tercapai, diperlukan komitmen pemerintah dalam membangun infrastruktur dan menciptakan ekosistem energi gas yang kuat di tingkat nasional dan daerah.